ILMU PENDIDIKAN 1: EDUCATION VERSUS EDUCOLOGY

Tatang M. Amirin; 4 Februari 2011; 6 Februari 2011

Apakah ilmu pendidikan itu? Adakah ilmu yang dinamakan ilmu pendidikan itu? Dengan kata lain, apakah ilmu pendidikan itu benar-benar ilmu? Ini tidak mudah menjawabnya. Itu masih lumayan, karena kita bicara bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia pendidikan itu berbeda dari ilmu pendidikan. Dalam bahasa Inggris, pendidikan dan ilmu pendidikan itu sama saja: education.

Education and Educology

Seperti telah disebutkan, education itu dalam bahasa Inggris mengandung dua makna sekaligus, sebagai proses atau kegiatan didik-mendidik dan sebagai ilmu yang mengkaji proses atau kegiatan didik-mendidik itu. Agar tampak beda, ada yang menambahkan kata ilmu (science) ke dalam education untuk menyebut ilmu pendidikan. Jadilah namanya educational science. Tapi, itu kurang bagus, katanya. Lalu dicarilah istilah yang lazim digunakan untuk menyebut ilmu. Tertemukanlah istilah educology: education plus logy (logos), seperti anthropos plus logos (logy) menjadi anthropology.

Nah, bagian pertama ini akan mencoba membicarakan edukologi itu. Sementara dinukilkan dulu dari Wikipedia.

EDUCOLOGY

The term educology means the fund of knowledge about the educational process.[1] Educology consists of discourse about education. The discourse is made up of warranted assertions, valid explanatory theories and sound justificatory arguments about the educational process. This conception of educology derives from the common usage of the term by educologists in articles, journals and books published since the 1950s.[2] Continue reading

TAKSONOMI BLOOM VERSI BARU

Tatang M. Amirin; 19 Januari 2010; 18 Februari 2010; 7 Januari 2011; 3 Februari 2011; 20 September 2011

Benjamin S. Bloom amat populer di dunia pendidikan dengan taksonominya yang lazim disebut dengan taksonomi Bloom, walaupun yang menyusun taksonomi (klasifikasi, kategorisasi, penggolongan) tersebut bukan hanya Bloom seorang.

Taksonomi Bloom itu merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan. Ada yang menyebutnya sebagai perilaku intelektual atau intellectual behavior. Saya suka-suka menyebutnya dengan daya-daya kemampuan manusia.

Tujuan pendidikan (“daya-daya kemampuan manusia”) itu dalam garis besarnya, menurut Bloom, terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan (domain). Continue reading

2010 in review [ULASAN DARI WORDPRESS]

Ini ulasan komentar analisis WordPress mengenai blog Tatangmanguny selama tahun 2010, diindonesiakan agar bisa terbaca oleh “balarea” (semua orang) [Tatang M. Amirin—mang-tatang- uny]

The stats helper monkeys at WordPress.com mulled over how this blog did in 2010, and here’s a high level summary of its overall blog health [Penganalisis statistik pada WordPress.com telah mencermati apa yang telah dikerjakan blog ini pata tahun 2010, dan inilah rangkuman pokok terhadap “kadar kesehatan” keseluruhan kondisi blog ini]:

Healthy blog!

The Blog-Health-o-Meter™ reads Wow. [Menurut ukuran atau standar kesehatan blog “Blog-Health-o-Meter,” blog ini berkategori WOW–“BUKAN MAIN,” hidupnya amat baik, gitu.]

Crunchy numbers [Bilangan gemerincing]

Featured imageMadison Square Garden can seat 20,000 people for a concert. This blog was viewed about 67,000 times in 2010. If it were a concert at Madison Square Garden, it would have performed about 3 times. [Madison Square Garden–gelora pentas di New York-Pen.–bisa menampung 20 ribu orang dalam sekali pentas. Blog ini pada tahun 2010 dipirsa 67 ribu kali. Jika dianalogkan dengan konser musik di Madison Square Garden, maka “konser blog ini” akan 3 kali pentas] Continue reading

SKALA LIKERT: PENGGUNAAN DAN ANALISIS DATANYA

Tatang M. Amirin, 31 Oktober 2010; 4 Januari 2011

Banyak orang yang bingung jika menggunakan Skala Likert [baca biasa likert, walau ada yang baca laikert–kata Wikipedia], dan bahkan salah larap. Skala Likert digunakan untuk membuat angket, tapi kadang-kadang salah isi yang disasar untuk dihimpun dengan Skala Likert tersebut. Likert itu nama orang, lengkapnya Rensis Likert, pendidik dan ahli psikologi Amerika Serikat. Jadi, skala ini digagas oleh Rensis Likert, sehingga disebut Skala Likert.

Kalau begitu mari kita mulai dengan memperjelas apa dan untuk apa Skala Likert itu. Mau baca lebih lanjut, klik di sini!

SUMBER BELAJAR, KONSEP (IDE) YANG SELALU MEMBINGUNGKAN

Tatang M. Amirin; 20 Oktober 2010

Tatang M. Amirin (2010), “Sumber belajar, konsep (ide) yang selalu membingunkan,” tatangmanguny.wordpress.com

Hampir di berbagai tulisan tentang sumber belajar  penulisnya kerap kali bingung sendiri, apalagi yang membacanya. Ini kemungkinan karena beda “ide, bayangan, kesan, paham” mengenai istilah “sumber” dalam kepala orang Indonesia dan “resources” dalam kepala orang-orang “Inggris.”

Apa yang terbayang dalam kepala orang Indonesia jika mendengar kata sumber belajar? Pasti di kepalanya akan terbayang sesuatu yang menjadi sumber (tempat berada, tempat memperoleh, tempat mengambil) pelajaran atau bahan ajaran.

Nah, apa kata “orang-orang Inggris” tentang sumber belajar itu? Ini kutipannya (walau saya sengaja ambil yang sudah diterjemahkan oleh Singgih Prihadi, UNS). Baca lanjut, klik di sini!

KONSTRUKTIVISME: Strategi Belajar-Mengajar

Tatang M. Amirin; 21 Mei 2010

Ini tulisan awal untuk disempurnakan di masa dekat.

Konstruktivisme itu salah satu aliran (mazhab, “school”) dalam psikologi pendidikan (dan juga filsafat). Inti dari pandangan mazhab ini adalah bahwa:

(1) Orang yang belajar (pelajar, murid, mahasiswa) itu akan membuat konstruksi “bangunan pengetahuannya” sendiri ketika mendapatkan stimulus berupa informasi dari guru atau dosen. Artinya apa yang kemudian tersusun (terkonstruk) dalam “kepala” murid/mahasiswa itu bisa berbeda satu sama lain walau materi yang diajarkan guru/dosen sama. Lebih-lebih jika stimulus (rangsangan–sesuatu yang dilihat, didengar, diraba, diinformasikan dsb) itu bukan pelajaran, semisal  melihat gambar pedang. Ada yang mungkin membayangkan pandai besi di dekat rumahnya yang biasa membuat pisau, ada yang membayangkan perang tanding pakai pedang yang pernah ditontonnya di televisi, ada pula yang membayangkan betapa mahal harga emas dan pernak-pernik yang ada di hulu pedang. Ini terjadi karena dalam “kepala” orang itu ada pengetahuan yang sudah dimiliki yang berasosiasi (terkait dengan, mencampuri, mengolah) stimulus baru tersebut, seperti contoh bayangan di kepala tentang pedang tadi. Mau baca lanjut, klik di sini!

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 4: UKURAN SAMPEL RUMUS SLOVIN

Tatang M. Amirin; 19 April 2009; 9 Mei 2010; 24 September 2010; 5 Januari 2011

(Kutipkan dalam daftar pustaka Anda: Amirin, Tatang M. 2011. “Populasi dan sampel penelitian 4: Ukuran sampel rumus Slovin.” Tatangmanguny.wordpress.com.)

Melakukan penelitian (jenis survai) itu pasti yang terbaik adalah dengan “studi populasi,” yaitu seluruh anggota populasi (seluruh subjek penelitian) diteliti (dihimpun data darinya). Nah, agar pembaca yang “langsung” membaca tulisan ini (belum baca tulisan lainnya)  sambung dengan istilah populasi, terlebih dahulu perlu penjelasan mengenainya.

Jika kita akan meneliti karyawan sebuah perusahaan yang banyaknya 1.000 orang, maka seluruh karyawan yang seribu orang itu disebut sebagai populasi penelitian kita. Tiap-tiap karyawan dari seluruh karyawan yang seribu orang itu disebut sebagai subjek penelitian, sekaligus kita sebut sebagai anggota populasi penelitian kita. Jadi, dengan demikian, dapat disimpulkan pula bahwa populasi penelitian itu adalah keseluruhan subjek penelitian.

Ada kalanya, karena berbagai keterbatasan, kita tidak mungkin meneliti (“menanyai”  atau mengumpulkan data — bisa dengan wawancara, observasi, angket, tes dsb. — dari) seluruh anggota populasi. Jadi, kita tidak bisa melakukan studi populasi. Kita mau tidak mau harus mengambil sebagian daripada seluruh anggota populasi tersebut. Sebagian subjek penelitian yang kita teliti (“tanyai”) langsung itu kita sebut sebagai sampel. Cara-cara bagaimana mengambil sampel dari populasi penelitian disebut dengan sampling.

Pertanyaan yang sering muncul berkaitan dengan pengambilan sampel (sampling) itu adalah mengenai seberapa besar (banyak) jumlah sampel (“sample size”) yang patut diambil agar hasil penelitian yang dilakukan bisa diyakini benar. Apa makna bisa diyakini benar itu? Mau lanjut baca, klik di sini!

LIFE SKILLS: Makna dan Implementasi

Tatang M. Amirin; 10 April 2010

[Amirin, Tatang M. 2010. “Life skills: Makna dan impelementasi.” tatangmanguny.wordpress.com]

Beberapa tahun yang lalu di mana-mana di seluruh Indonesia muncul “gerakan” life skill sebagai aspek penting dalam pendidikan, seiring dengan munculnya pendekatan “life skill-based education” (pendidikan berbasis kecakapan hidup).

Sayangnya, life skill itu lalu menjadi “terjerumus” hanya ke dalam satu sisi saja, yaitu seolah-olah untuk hidup itu harus bisa bekerja, bekerja itu adalah hidup. Sekolah-sekolah gencar memamerkan diri sudah melaksanakan pendidikan life skill manakala murid-muridnya sudah diajari cara membuat sesuatu, cara mengerjakan sesuatu, yang semuanya bisa menjadi sarana mendapatkan pendapatan untuk hidup. Ada pula orang tua murid yang mengacaukan pendidikan life skill itu dengan pendidikan ekstrakurikuler, apapun, termasuk olah raga.

Jadi, ya begitulah, kerap apa yang disosialisasikan orang-orang Depdikbud (Depdiknas, Kemendiknas) tidak selalu sampai ke bawah secara utuh dan benar.

Apa sebenarnya konsep life skill-based education itu? Mari kita runut. Baca lanjut, klik di sini!

PENGERTIAN Sarana dan Prasarana Pendidikan

Tatang M. Amirin; 7 April 2010; 8 April 2010; 11 Mei 2010; 3 Juni 2010; 5 Januari 2011

[Tuliskan sebagai sumber daftar pustaka Anda: Amirin, Tatang M. 2011. “Pengertian sarana dan prasarana pendidikan.” tatangmanguny.wordpress.com]

Dalam khazanah peristilahan pendidikan sering disebut-sebut istilah sarana dan prasarana pendidikan. Kerap kali istilah itu digabung begitu saja menjadi sarana-prasarana pendidikan. Dalam bahasa Inggris sarana dan prasarana itu disebut dengan facility (facilities). Jadi, sarana dan prasarana pendidikan akan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi (memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan.

Apa sih yang disebut dengan sarana dan prasarana pendidikan itu? Mau baca lebih lanjut, klik di sini!

OBSERVASI dalam PTK: Apa Maknanya dan Bagaimana Melakukannya?

Tatang M. Amirin; 28 Maret 2010; 7 April 2010; 24 September 2010; Agustus 2012

[Amirin, Tatang M. 2010. “Observasi dalam PTK: Bagaimana Melakukannya.” tatangmanguny.wordpress.com.]

Sekali lagi–dalam tulisan lain sudah disinggung–observasi (observation) dalam bahasa metodologi penelitian itu mengandung dua macam pengertian. Pertama, bermakna sebagai penelitian atau pengumpulan data. Kedua, sebagai teknik khusus mengumpulkan data menggunakan alat indera (mengamati dengan mata, khususnya). Yang sering kali terjadi, observation hanya dimaknai sebagai teknik mengumpulkan data, tidak dianggap sebagai penelitian.

Dalam PTK (penelitian tindakan kelas) populer dipakai model  Kemmis dan McTaggart. PTK menurut Kemmis dan McTaggart mencakup empat kegiatan, yaitu: (1) planning atau perencanaan, yaitu merencanakan tindakan untuk mengatasi masalah, atau untuk meningkatkan keadaan sekarang, (2) action atau pelaksanaan tindakan, yaitu melaksanakan tindakan yang sudah dirancang, (3) observation atau penelitian, yaitu meneliti apakah tindakan yang sedang dilakukan itu (proses dan hasilnya) telah baik, (4) reflection atau pengkajian, yaitu menelaah, mengkaji, merenungkan, atau mengevaluasi tindakan yang sudah/sedang dilakukan (proses dan hasilnya) itu sudah berhasil dengan baik ataukah belum.

Jadi, yang harus selalu diingat oleh peneliti PTK, langkah-langkah melakukan PTK itu, setelah mengkaji situasi dan kondisi di kelas untuk mengidentifikasi, (mengenali, mendata, atau mencari dan temukan) masalah, adalah merancang tindakan, melaksanakan tindakan, meneliti tindakan, mengkaji tindakan. Semuanya berkait dengan tindakan. Continue reading