PENELITIAN eksploratori (eksploratif)

Tatang M. Amirin; Edisi 5 Mei 2009; 13 Juli 2009; 28 Agustus 2009.

Penelitian eksploratori (eksploratif); penelitian deskriptif; penelitian kausal; langkah-langkah penelitian eksploratif tradisional-konvensional; langkah penelitian eksploratif murni; penelitian eksploratif versus penelitian deskriptif.

1. Penelitian eksploratori, deskriptif, dan kausal

Penelitian eksploratori (exploratory–dalam istilah “lama” disebut penelitian eksploratif), merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian (kadang disebut pula dengan desain penelitian). Pendekatan (desain) penelitian lainnya (selain eksploratori) adalah penelitian deskriptif, dan penelitian kausal.

Research

Penelitian deskriptif , menurut Kotler et al., dalam buku mereka Principles of Marketing, 2006, p. 122, adalah penelitian yang tujuannya memaparkan (mendeskripsikan) sesuatu, misalnya mengenai potensi pasar (peluang banyaknya pembeli) bagi produk baru, atau latar belakang sosial dan sikap konsumen yang membeli produk tertentu.

Jadi, jika dalam pendidikan, yang diteliti dan dideskripsikan itu misalnya taraf kemampuan siswa menguasai berbagai bidang studi, kemampuan sekolah melaksanakan ide manajemen berbasis sekolah, latar belakang sosial dan ekonomi anak-anak yang suka membuat masalah di sekolah dsb.

Penelitian kausal, juga menurut Kotler, p. 122, adalah “penelitian yang bertujuan menguji (mengetes) hipotesis tetang hubungan sebab dan akibat.” Dalam pelaksanaannya, penelitian kausal itu dilakukan lazimnya dengan eksperimen. Ada satu hal yang dicoba diterapkan (disebut treatment, diperlakukan sebagai variabel independen yang disimbulkan X) untuk diuji apakah menyebabkan terjadi sesuatu (akibat, efek, diperlakukan sebagai variabel dependen, disimbulkan Y). Singkatnya, apakah X menyebabkan Y.

Penelitian eksploratori, menurut Kotler, p. 122, adalah “penelitian yang bertujuan menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya menetapkan masalah dan merumuskan hipotesis.”

Penyebutan penelitian eksploratori sebagai salah satu pendekatan penelitian antara lain ditemukan dalam blog KnowThis.com (blog tentang pemasaran) yang menjelaskan penelitian eksploratori (dalam pemasaran, tentunya) sebagai berikut.

The exploratory approach (cetak tebal dari penulis) attempts to discover general information about a topic that is not well understood by the marketer. For instance, a marketer has heard news reports about a new internet technology that is helping competitors but the marketer is not familiar with the technology and needs to do research to learn more. (Pendekatan eksploratori berupaya menemukan informasi umum mengenai sesuatu topik/masalah yang belum dipahami sepenuhnya oleh seseorang petugas pemasaran (bisa kita ganti sebutannya dengan yang lebih umum: peneliti). Sebagai contoh, seorang petugas pemasaran (peneliti) telah mendengar berita tentang adanya teknologi internet baru yang bisa membantu pihak-pihak yang berkompetisi di dunia pemasaran, tetapi si petugas pemasaran tersebut belum akrab (kenal, paham) benar dengan peralatan teknologi tersebut dan berkeinginan untuk melakukan penelitian guna mengenal lebih jauh mengenainya.

Istilah “disain” (bukan pendekatan) sebenarnya lebih menunjuk ke sisi operasional pendekatan tersebut. Simak tulisan berikut (dari KnowThis.com).

The basic difference between exploratory and descriptive research is the researh design (Perbedaan pokok antara penelitian eksploratori dan deskriptif adalah pada desainnya). Exploratory research follows a format that is less structured and more flexible than descriptive research (Penelitian eksploratori tatacara atau langkah-langkah penelitiannya tidak terstruktur-baku seperti penelitian deskriptif, dan jauh lebih luwes-dapat diubah-ubah sesuai situasi-pula).

This approach works well when the marketer doesn’t have an understanding of the topic or the topic is new and it is hard to pinpoint the research direction (Pendekatan penelitian eksploratif ini akan sangat cocok digunakan apabila si petugas pemasaran/peneliti belum paham benar mengenai sesuatu topik/masalah yang akan dilteliti, atau topik tersebut merupakan sesuatu yang baru yang sangat sulit sekali untuk menentukan arah ke mana penelitian terhadapnya akan menuju).

Nah, jadi, penelitian eksploratif merupakan salah satu pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti sesuatu (yang menarik perhatian) yang belum diketahui, belum dipahami, belum dikenali, dengan baik.

2. Objek penelitian eksploratori

Istilah untuk menyebut sifat-keadaan topik/masalah penelitian eksploratori seperti disebutkan di atas itu bermacam-macam, antara lain:
(1) a topic is not well understood (topik belum dipahami benar–KnowThis.com),
(2) s/he doesn’t know enough about (something–yang bersangkutan/peneliti belum tahu benar mengenainya/sesuatu yang akan diteliti–DJS Research Ltd.),
(3) an issue or problem where there are few or no earlier studies to refer to (persoalan atau masalah yang sedikit sekali atau bahkan tidak ada sama sekali hasil-hasil penelitian terdahulu yang bisa dijadikan rujukan mengenainya–WikiAnswwer),
(4) hardly anything is known about the matter at the outset of the project (sejak awal proyek penelitian hampir-hampir tiada sesuatu apapun yang diketahui mengenai masalah yang akan diteliti itu–pentti.routio@laposte.net)

Maka, “When gaining insight (i.e., discovery) on an issue is the primary goal, exploratory research is used” [apabila yang menjadi tujuan utama penelitian adalah memperoleh pengetahuan yang mendalam (misalnya “menemukan sesuatu yang belum diketahui”) mengenai sesuatu masalah/hal/objek penelitian, maka pendekatan penelitian eksploratorilah yang paling tepat digunakan–KnowThis.com].

Dari beberapa penjelasan tersebut dapatlah dipahami bahwa apabila penelitian-penelitian “kuantitatif-positivistik yang bersifat “mengukur-ukur” dan “uji hipotesis” dimulai dari adanya sesuatu “masalah” (yang diidentifikasi lewat membaca literatur, membuka-buka dokumen–data statistik dsb, atau pengamatan selintas–lewat wawancara dsb), lalu membatasi masalah yang akan diteliti (salah satu atau beberapa dari sekian masalah yang sudah teridentifikasi tersebut), kemudian dipertanyakan dipermasalahkan (kenapa, apa penyebab dsb) yang dirumuskan sebagai “rumusan masalah” (dalam kalimat tanya), penelitian eksploratif tidak mulai dengan langkah (desain) seperti itu. Penelitian eksploratif mulai dari “ketidaktahuan” akan sesuatu fenomena yang menarik untuk, atau perlu, diteliti.

3. Langkah penelitian eksploratori konvensional

Di atas disebutkan bahwa ada perbedaan disain antara penelitian eksploratori dan deskriptif, yaitu dalam hal penelitian eksploratori tahapannya tidak sebaku seperti penelitian deskriptif. Namun demikian, agar tidak terlampau sulit memahaminya, Penulis lebih suka membuat pilihan, bisa gunakan yang agak konvensional baku juga seperti yang akan dipaparkan berikut.

Langkah pertama, pada “latar belakang penelitian” dikemukakanlah mengenai adanya sesuatu fenomena yang “menarik” (misalnya–dalam contoh di atas–adanya produk teknologi internet baru yang sangat penting untuk dunia pemasaran). Contoh lain dalam pendidikan adalah adanya gerakan baru dalam manajemen sekolah (untuk saat ini misalnya adanya ISOnisasi, SBN-isasi, SBI-nisasi). Konsep atau ide tentang ISO, SBN, SBI mungkin bisa dirujuk dari literatur atau aturan/pedoman tertentu. Pelaksanaannya di lapangan seperti apa, itu yang benar-benar belum ada rujukan tentangnya. Ini sebagai contoh, dalam kenyataan sekarang tentu sudah ada beberapa penelitian tentangnya. Jadi, anggap ISO,SBN, SBI sebagai ide yang benar-benar baru.

Selanjutnya, langkah kedua, dimunculkanlah “pertanyaan penelitian” (permasalahan penelitian) yang dinyatakan sebagai “rumusan masalah” (dalam kalimat tanya), misalnya, mengacu contoh di atas, “Seperti apakah sosok teknologi internet baru tersebut dan seberapa besar tingkat kemanfaatannya untuk pelaksanaan pemasaran?” Atau, “Bagaimana sekolah melaksanakan upaya untuk mencapai standar sekolah nasional/internasional?” (Kasus SBN dan SBI). Atau “Bagaimana sekolah merancang dan mengelola program untuk memberikan layanan prima kepada para pemangku kepentingannya?” (Kasus: ISO).

Pertanyaan penelitian tersebut hanya berkaitan dengan aspek “what” dan/atau “how” sesuatu yang diteliti (isu, problem) . Jadi, dengan kata lain, tidak mengenai “why” (sebab-akibat).

Langkah berikutnya (berdasarkan langkah penelitian “baku”) adalah merumuskan tujuan penelitian. Tentu saja tujuannya adalah “mengetahui (secara mendalam/”understand”) mengenai sesuatu (topik/masalah) tersebut, untuk kemudian “mendeskripsikannya”. Dengan kata lain, rumusannya boleh berupa “(untuk) mengetahui ….” atau “(untuk) mendeskripsikan …” “Untuk mengetahui” berdasar pada awal penelitian yang mulai dari “ketidaktahuan”, sementara “Untuk mendeskripsikan” berdasar pada nantinya hasil penelitian akan dilaporkan seperti apa (dalam ujud tipe pelaporan yang bagaimana).

Langkah berikutnya, menelaah berbagai literatur (jika dipandang perlu–umumnya perlu) untuk mendapatkan gambaran umum mengenai sesuatu (objek penelitian) tersebut, terutama untuk mempertegas memperjelas “konsep-konsep” (istilah, sebutan) yang berkaitan dengan sesuatu tersebut. Misalnya mempertegas memperjelas makna/pengertian/definisi sebutan (konsep) ISO/TQM, sekolah berstandar nasional/internasional, dan yang terkait dengannya.

Langkah berikutnya menjelaskan bagaimana penelitian itu akan dilakukan (metode, prosedur, atau desain penelitian), yaitu penetapan sumber data/informasi (subjek/responden/narasumber penelitian), serta penggunaan teknik pengumpulan dan analisis data yang akan digunakan.

Itu jika berupa proposal. Jika suda dilakukan diubah jadi bagaimana penelitian (dalam hal ini pengumpulan data) dilakukan.

Langkah terakhir, jika sudah meneliti, adalah menganalisis data yang diperoleh. Ambil contoh permasalahan mengenai apa saja upaya yang dilakukan sekolah agar menjadi sekolah berstandar internasional. Data diperoleh dengan wawancara terhadap narasumber. Informasi (data) dari narasumber (semua narasumber) itu diolah (sama dengan analisis) menjadi simpulan umum apa saja upaya yang dilakukan. Tentu harus dikelompok-kelompokkan sesuai dengan temuan yang diperoleh. Misalnya mengenai upaya menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan luar negeri, upaya membina (membentuk) komitmen seluruh wearga sekolah untuk menjadi SBI, upaya memperoleh dana sumber dana, upaya meningkatkan profesionalisem staf sekolah, upaya memenuhi persyaratan fasilitas, upaya meningkatkan KBM/PBM, dan sebagainya.

4. Langkah murni eksplorasi

Penelitian eksploratori (eksploratif), sesuai dengan namanya, merupakan penelitian penggalian, menggali untuk menemukan (konsep atau masalah). Jadi, karena bersifat menggali (betul-betul mengeksplorasi), maka sebenarnya tidak ada langkah yang baku. Lakukan saja penggalian, lalu seleksi segala macam yang tergali itu, temukan bulir-bulir yang bernas, yang bermakna daripadanya.Ibaratkan seperti orang mencari emas. Gali saja pasir-pasir dan tanah, lalu ayak, dan buang yang bukan emas, ambil yang emas.

Jika cara ini yang dilakukan, bisa jadi (andaikata berkenaan dengan mahasiswa), mahasiswa dan dosen pembimbingnya akan bingung karena di luar langkah-langkah konvensional seperti dicontohkan di atas. Kan tidak semua dosen paham sepenuhnya metodologi penelitian. Sudah terbiasa dengan “pola kuantiatif positivistik” pula.

Contoh:

Sebuah yayasan pendidikan melakukan terobosan baru dalam pelaksanaan pendidikan. Murid-murid (yang disebut murid) tidak diberi pelajaran di kelas oleh guru yang berceramah. Murid diajak bermain-main dengan alam. Semua belajar dengan dan dari alam. Berbahasa dengan alam, bermatematika dengan alam, berIPA dengan alam, berIPS dengan alam, berPKn dengan alam, berKertakes dengan alam, berolah raga dengan alam. Pokoknya segala macam materi “skolastik” (pelajaran sekolah) dipelajari di, dengan, dan lewat alam. Tidak ada ceramah dari guru, tidak ada ulangan dan ujian. Lalu, apa ukuran keberhasilan “bersekolah”-nya? Bagaimana pula murid-murid itu belajar, dan bagaimana guru mengajar?

Kan sebetulnya tertemukan juga pola (langkah) penelitiannya, walau benar-benar akan eksploratif.

Pertama, ada sekolah alam yang tidak sama dengan sekolah alam yang sudah ada. Itu latar belakangnya (ketidaksamaan dengan sekolah manapun).

Kedua, dipertanyakan banyak hal (menurut ukuran konvensional sistem sekolah): pelajarannya apa saja, gurunya mengajar bagaimana, muridnya belajar bagaimana, evaluasinya bagaimana, sarana-prasarana apa saja, dan sebagainya. Itu permasalahan penelitian (rumusan msalah).

Ketiga, mengapa diteliti? Apa tujuannya? Rumusannya: Mengetahui seluk beluk “sekolah alam” tersebut.

Keempat, menelaaah literatur? Ya tidak bakalan ada, lah! Kata bahasa gaulnya. Jadi lewat. Langsung ke metode (prosedur) penelitian. Objeknya “seluk beluk sekolah alam tersebut. Subjeknya “sekolah alam tadi itu. Narasumbernya seluruh staf penyelenggara dan pelaksana. Teknik mengumpulkan datanya dengan wawancara dan observasi partisipan (partisipatif/partisipatoris). Analisis datanya bisa kuantitatif, bisa kualitatif, dan mungkin cukup hanya sampai taraf deskriptif (nah, istilah deskriptif ini suka membingungkan–nanti kita bahas).

Kelima, laporan. Olah data, ceritera singkat gambaran umum, butir-butir penting saja, jangan semua hal dimasukkan (“reduksi” atau penyaringan data di kepala saja, tak usah diceriterakan data yang dibuang dan data yang dipakai). Kelompokkan menurut yang lazim ada sebagai komponen sistem pendidikan (gurunya, muridnya, kurikulumnya, sarana dan prasarananya, KBM-nya, dsb).

Misal: Siapa saja yang menjadi guru (latar belakang pendidikan, bagaimana “dilatih” untuk belajar-mengajar di, dengan, dan lewat alam, bagaimana mengembangkan profesionalismenya sebagai pendidik, dsb). Siapa saja yang menjadi murid, dari kalangan orang tua yang seperti apa, bagaimana gairah belajarnya, bagaimana (seperti apa) pengetahuan yang dimilikinya, bagaimana daya nalarnya, bagaimana kemampuan “meneliti alam” yang dikuasainya, dsb. Dan aspek lainya digambarkan seara ringkas, padat, mencakup, dan komunikatif.

5. Eksploratif versus deskriptif

Tentang pendekatan penelitian yang dua ini terasa masih agak membingungkan. Oleh karenanya perlu diperjelas lagi.

Penelitian eksploratif menggali sesuatu yang benar-benar belum diketahui (rincian, detail sifat dan keadaannya). Bahkan “konsep”-nya saja belum jelas (“konsep” sekolah alam contoh di atas belum jelas.) Eksploratif murni bahkan “yang akan diteliti” saja pun bisa belum tahu. Polanya “datang dan temukan.” Datang ke sekolah, misalnya, lakukan observasi partisipan. Siapa tahu menemukan sesuatu yang menarik: ada sesuatu yang berbeda dari yang lain di sekolah itu. Bisa juga sudah agak fokus. Anak-anak “tuna” belajar bersama dalam sekolah inklusi. Kesulitan apa yang dihadapi guru dan murid tersebut dalam pelaksanaan KBM/PBM (jika belajar matematika bagaimana, ya?). Itu masalah yang bisa dieksplor, karena kasusnya ada yang melek dan ada yang tuna netra. Bagaimana guru mengajari dua macam murid sekaligus? Ada guru lain yang membantu? Bagaimana cara membantunya? Kenapa tidak dipisah saja, hanya pada pelajaran tertentu saja digabung, misalnya pas pelajaran sejarah yang guru hanya berceritera? Wah, pertanyaanny bisa segudang, ya!?

Penelitian deskriptif memaparkan sesuatu. Yang dipaparkan itu keadaan atau sifat sesuatu. Prestasi belajar murid, misalnya, konsepnya (“konsep” prestasi belajar”) sudah diketahui. Yang hendak diteliti dan dideskripsikan adalah sosoknya (tinggi rendahnya prestasi). Motivasi kerja itu “konsep” yang sudah diketahui. Sosok motivasi kerja dosen dan karyawan Universitas Ciung Wanara (logonya beo dan kera) belum diketahui. Karena belum dikethui, maka diteliti (diukur; jadi kuantitatif), kemudian dideskripsikan (dipaparkan).

Pada penelitian eksploratif sosok sesuatu yang akan diteliti belum jelas (“binatangnya” belum jelas). Pada penelitian deskriptif sosok sesuatunya sudah jelas, tapi sifat keadaannya yang belum diketahui umum (“sifat dan keadaan” binatang itu belum diketahui umum). Itu inti perbedaannya.

Contoh Penelitian Eksploratori (Eksploratif)

Ketika isu sertifikasi profesi muncul ke permukaan, apa yang dimaksudkan dengan sertifikasi itu saja masih diperdebatkan orang. Sebagian punya pemahaman tertentu, sebagian lain punya pemahaman lain lagi.  Siapa yang melakukan sertifikasi juga macam-macam pandangan, ada yang harus si empunya pendidikan akademik terkait, ada yang memandang itu bagian asosiasi profesi, ada yang memandang dilakukan bersama-sama. Itu yang muncul di media masa dan ceritera dari mulut ke mulut, ada yang berupa artikel ada pula berita para pejabat.

Salah satu jabatan profesi adalah pustakawan. Menarik karenanya untuk digali (dieksplor) pemahaman pustakawan dan tenaga perpustakaan mengenainya. Itu yang saya lakukan sekian tahun yang lalu. Pustakawan yang dijadikan sampel sekedar memperoleh dari berbagai lembaga (UNY, IAIN/UIN Sunan Kalijaga, UII, dan beberapa sekolah). Tidak banyak, tapi cukup memberikan gambaran ragam pendapat mengenainya. Pertanyaan diajukan agak terstruktur lewat angket semi terbuka. Ada tambahan pendapat atau pandangan yang boleh dituliskan sebagai jawaban atau opini di luar yang dituliskan dalam angket. Laporannya (deskriptif, kuantitatif hitung-hitung persentase yang berpendapat begini begitu) jadilah sebagai makalah seminar “Ilmu Pendidikan” di UPI Bandung.

Mau ngutip? Tulis: Amirin, Tatang M. (2009). “Penelitian eksploratori (eksploratif).” tatangmanguny.wordpress.com

191 thoughts on “PENELITIAN eksploratori (eksploratif)

  1. terima kasih.. tapi lebih baik kaLo bapak menuliskan 10 contoh penelitian ekspLoratif dan 10 contoh penelitian deskriptif.. karena kata aL-quran
    “Perumpamaan2 untuk supaya manusia mengingat” (14:25)
    “Perumpamaan2 untuk supaya manusia berfikir” (59:21)
    “Perumpamaan2 untuk supaya manusia berakal” (3:190-191)

    jadi banyak perumpamaan akan sangat membantu saya.

    terima kasih

    Salam.

    • Alaiykum salam. Hihihi… saya suka dalil kedua (59:21). Contohnya satu saja, lainnya mikir sendiri gitu. Hehehe. Oke nanti saya edit lagi tuh tulisan, dengan contoh yang banyak dari beragam bidang ilmu, agar tampak beda eksploratif dan deskriptif. Gitu, kan. Terima kasih masukannya.

  2. Selamat pagi, pak…
    Pak, saya mau bertanya. Saya melakukan penelitian mengenai persepsi mahasiswa akuntansi terhadap kualitas standar akuntansi di Indonesia di mana ini merupakan penelitian eksplorasi.
    Saya kesulitan dalam mengolah data dikarenakan penelitian saya tidak terdapat variabel dan menggunakan kuesioner.
    Menurut bapak, alat analisis statistik apa untuk dapat menguji hipotesis saya. Terima kasih.

    • Satu: penelitian eksplorasi tidak mengenal variabel (yang sudah ditentukan terlebih dahulu) dan tidak kenal hipotesis, wong baru akan cari (perjelas) sesuatu (variabel atau lainnya) dan belakangan baru bisa ada (dimunculkan) hipotesis (jika memang ada), termasuk mungkin menemukan berbagai variabel untuk penelitian lebih lanjut. Dua: Hipotesis kan lazimnya untuk hubungan (korelasi) antar variabel, paling tidak dua variabel. Karena itu bunyinya ” ada korelasi antara X dan Y” (Jika X tinggi, maka Y akan tinggi dan sebagainya). Hipotesis (menurut para ahli) berkaitan dengan “hubungan antar variabel.” Tidak ada hipotesis, misalnya, yang berbunyi “persepsi mahasiswa akuntansi tentang kualitas standar akuntansi Indonesia tinggi” karena tidak ada korelasi/asosiasi apapun. Tiga: Jika dari eksplorasi tak tertemukan variabel untuk dikorelasikan, ya tak ada uji hipotesis, jadinya. Empat: Jika data yang dihimpun bukan data bilangan (numerik), ya tidak ada analisis statistik. Jika data berupa bilangan, paling juga deskriptif, pakai tendensi sentral (rerata, mode, median), atau hanya hitungan biasa (persentase), misalnya “sekian persen mahasiswa menyatakan (berpendapat, berpersepsi = berwawasan) bahwa kualitas standar akuntansi di Indonesia demikian demikian.” Lima: Maaf, tak bisa komentar lebih jauh karena tentang “kualitas standar akuntansi” yang mau dicari “persepsi mahasiswa tentangnya,” tidak ada penjelasan dari Anda, jadi saya tak paham. Maaf juga, malam Selasa ini (habis Isya pas saya buka blog ini) tiba-tiba listrik mati mengiringi hujan angin, jadi jam 10 malam lebih baru bisa jawab.
      Terima kasih Anda telah bertanya, semoga bermanfaat.

  3. tlg DG PAK.sm ky mas diatas.sy gk ada var.tp dket faktor2 yg mpngruhinya.judvlnya analisa efektivitas peratvran kpgawaian pd sd x.nah lg bgung metpenltn apa yg dgnakn.yg hrs sy lakkan sljtnya apa.tks pak

    • Ada peraturan. Dipertanyakan: Apakah peraturan itu efektif (berlaku, berjalan, terlaksanakan, terimplementasikan)? Metode penelitiannya Penelitian Evaluasi. Ngumpulkan datanya? Observasi, jika perilaku atau perbuatan yang akan diukur. Angket, jika menginginkan “laporan/ceritera pribadi” taat peraturan ataukah tidak (Pasti semua mengaku melakukan!). Dokumentasi, jika memerlukan data-data akurat (presensi kehadiran, berkas hasil kerja dll). Landasan teorinya: Peraturan kepegawaian itu.
      Nah, jadi, kalau begitu, yang pertama-tama harus ditegaskan adalah apa yang dimaksud dengan efektivitas peraturan kepegawaian itu. Peraturan kepegawaian yang mana? (Ini yang dipaparkan dalam landasan teori). Janga-jangan yang dimaksud adalah ketaatan pegawai mengikuti/melaksanakan peraturan kepegawaian.
      Selanjutnya tegaskan bagaimana cara mengukur efektivitas peraturan kepegawaian tersebut Hati-hati: Kalau saya tanyakan seperti itu, saya suka mendapatkan jawaban dengan angket, dengan wawancara dsb. Itu bukan cara mengukur. Itu teknik atau alat mengumpulkan data, bukan alat mengukur. Yang dimaksud cara mengukur itu apa yang diukur dan bagaimana cara mengukurnya. Jadi, perlu definisi operasional tentang efektivitas peraturan. Misal: Peraturan: Pegawai harus hadir sesuai jam kerja. Cara mengukur: Mengecek kehadiran pegawai setiap hari kerja sesuai dengan jam kerja atau tidak. Cara himpun data: Mengecek dokumen presensi kehadiran. Instrumen pengumpulan data: Panduan dokumentasi [Lebih tepat “daftar cek/centang”: hadir/tidak hadir–atau berapa kali hadir/tidak hadir per bulan].
      Uffff: Apa pula itu faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas peraturan kepegawaian? Maksudnya tentu: Faktor-faktor yang menyebabkan pegawai tidak melaksanakan peraturan kepegawaian (?). Waddduuuhh ….. Peraturan kepegawaian itu kan isinya banyak, ya. Memuat hak dan kewajiban serta sanksi jika tidak menaati. Bagaimana berkaitan dengan hak? Tanya juga, ya, apakah para pegawai sudah mendapatkan haknya. Itu jika efektivitas peraturan kepegawaian akan dilihat secara utuh, bukan “kedisiplinan pegawai menjalankan kewajibannya” saja (!!!!!) Jangan-jangan sebenarnya yang akan diteliti itu kedisiplinan/ketaatan pegawai!!! Ya, jangan disebut efektivitas peraturan kepegawaian, atuh! Ini akan lain metode penelitiannya. Kedisiplinan pegawai bisa menggunakan penelitian survai, bukan penelitian evaluasi. Lain-lainnya (definisi operasional dsb) sama aja.

  4. Thanks pak replynya. Really appreciated. Pak saya dah lama gak ikut kuliah metode penelitian ;(. Mo tanya pas di desain penelitian, biasanya menggunakan var x dan var y. Nah kalau judul saya variabelnya cuma satukan? nah itu gimana? Misalnya saya cuma mau ngebahas waktu kerja pada bagian buku peraturan kepegawaian itu. Sy tunggu jawabannya segera ya. If you are not busy. Jazakallahu pak 😉

    • Penelitian itu ada yang deskriptif, ada yang eksplanatif. Yang deskriptif itu sederhananya mendeskripsikan (memaparkan) satu atau beberapa (bisa amat sangat banyak sekali) variabel, tanpa melihat asosiasi atau relasi antar variabel. Yang eksplanatif yang menjelaskan korelasi antar variabel ( X dengan Y), bisa X-nya banyak atau beberapa. JADI JIKA HANYA SATU VARIABEL, MISALNYA PEMENUHAN ATURAN JAM KERJA, ya tentu bersifat deskriptif (tidak X – Y).
      Bedakan objek penelitian dari variabel penelitian. Satu objek penelitian bisa mengandung banyak variabel (kosep, istilah, benda) yang mengandung variasi (jenis kelamin: laki-laki — perempuan; kedisiplinan mengikuti jam kerja: tinggi — sedang — rendah; penghasilan: banyak — cukup — sedikit). Meneliti “kinerja karyawan” (satu konsep, satu objek penelitian) bisa mengandung variabel-variabel: kedisiplinan kerja, kecermatan kerja, produktivitas kerja, kualitas hasil kerja, efiisensi kerja, kreativitas dan kemampouan mengatasi masalah, dan banyak lagi. Jadi, sebutkan saja bahwa jenis (pendekatan) penelitiannya deksriptif, bukan eksplanatif. Selesai.

  5. assalamualaikaum pak…
    emm..saya mahasiswa TP UNY semester 4..
    hehehe,,,satu fakultas sm bpk…

    emmm…bgini pak..saya dapt tugas presentasi tentang Penelitian Eksploratif..
    sedikit kmrin dapt penjelasan dari dosen,,memang benar ya pak penelitian eksplorasi itu tidak ada teori yang mendasari ato melandasi penelitiannya???
    kajian teorinya itu memang tidak ada ato bgmna pk???

    trus kaitan penelitian eksplorasi dengan pendidikan itu seperti apa???

    thanks b4… 😉

    • Penelitian eksploratif itu bahasa Indonesia lainnya, selain penelitian penggalian, adalah PENELITIAN PENJELAJAHAN. Jadi, kita menjelajahi wilayah yang belum dikenali. Ibaratnya ada hutan larangan. Namanya juga hutan larangan, tak seorang pun pernah masuk ke dalamnya. Jadi, tidak tahu di dalamnya ada apa, karena tidak ada seorang pun yang bisa berceritera tentangnya.
      STOP! CERITERA ORANG TENTANG SESUATU ITU, MISALNYA TENTANG JENIS BINATANG LANGKA YANG ADA DI SESUATU HUTAN, KITA SEBUT SEBAGAI TEORI. Nah, tentang hutan tadi belum ada seorang pun yang berceritera ada hewan langka apa, atau ada pohon langka apa, atau ada bunga langka apa. Wong belum ada yang ke situ, belum ada orang yang pernah melakukan “penelitian” di situ. JADI, TEORINYA BELUM ADA.
      Jadi, MENELITI MENJELAJAH itu ya mendatangi langsung lokasi, jelajahi, temukan apa yang bisa diceriterakan kepada orang banyak apa-apa yang belum diketahui orang banyak. JADILAH INFO ITU PENGETAHUAN BARU BAGI KHALAYAK, JADI “TEORI” BARU.
      Nah (INI UNTUK LINA PANAWANGAN JUGA), jadi langkah penelitian EKSPLORATIF ya beda dari penelitian yang sudah BERTEORI. Peneliti mulai dari: (1) Membuat LATAR BELAKANG. Yang menjadi latar belakang itu adalah paparan bahwa ada sesuatu yang menarik yang belum banyak diketahui orang (barang baru, gitu). Apa sih yang baru dalam pendidikan? Program baru, metode baru, teknik baru, pendekatan baru, strategi baru, manajemen sekolah yang baru, media baru, alat peraga dan alat bantu pengajaran (teaching aids) baru lainnya. Banyak…… deh, asal bisa mencaritemukannya. (2) Rumuskan masalah. Rumuskan PERTANYAAN PENELITIAN, gitu! Pertanyaan penelitian itu permasalahan yang menjadi fokus perhatian penelitian, yang akan diteliti, yang dipertanyakan. Rumuskan saja, misal “Seperti apa dan bagaimana menggunakan ‘media pendidikan baru’ itu”? Atau “Bagaimana sekolah-sekolah ‘aneh’ itu dikelola?” Selanjutnya (3) Rumuskan tujuan penelitian. Misal, “Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan media pendidikan baru.” Atau “bagaimana sekolah-sekolah aneh itu dikelola.” Kemudian rumuskan (4) Manfaat penelitian. Ya jelaskan apa manfaatnya jika “media baru” atau “pengelolaan sekolah aneh” itu sudah diketahui dan dipaparkan kepada masyarakat umum. Maksudnya, apa sih manfaatnya untuk khalayak, masyarakat banyak, publik? Terakhir (kalau ini baru proposal), ya jelaskan rancangan (5) prosedur penelitian atau metode penelitian yang akan dilakukan: siapa subjek/responden/informan penelitiannya, bagaimana data akan dihimpun (dengan teknik apa), dan bagaimana data akan dianalisis.
      Tak ada teori, kan? Itu kalau dosen-dosen paham tentang HAKEKAT PENELITIAN EKSPLORATORI. Jika dosen tak paham, ya pasti akan menuntut TEORI DAN HIPOTESIS. Harap maklum, lho, wong bacaannya (dan “kepalanya”) beda dengan Pak Tatang. Hehehe…

  6. selamat pagi pak. terima kasih sekali atas penjelasannya yang sangat rinci.

    hmm, begini pak, saya sedang membuat proposal untuk skripsi. pokok bahasan saya adalah tentang supply chain management dalam musik indie. dan mungkin akan saya tambahkan tentang pengaruh internet dalam supply chain management tersebut.

    ada beberapa hal yang masih memerlukan penjelasan dari bapak. semoga bapak berkenan menjelaskannya.

    1. jika teknik pengumpulan data yang digunakan adalah partisipan dan interview, dan penelitian bersifat kualitatif. maka apakah nantinya hasil analisis data ini akan seperti “bercerita” saja?

    2. lalu apakah dengan hasil analisis data tersebut akan menjadi sebuah “teori” baru nantinya?

    3. hampir tidak ada penelitian eksploratori di kampus saya, apakah hal ini berarti penelitian eksploratori susah dilakukan atau karena “kurang” berbobot?

    semoga bapak berkenan menjelaskannya. terima kasih banyak pak.

    • (1) Penelitian eksploratori (eksploratif) itu kadang-kadang dimaknai hanya sebagai penelitian pendahuluan, bukan penelitian yang sesungguhnya. Penelitian sesungguhnya itu yang bersifat eksplanatif, mengkorelasikan dua variabel atau lebih (dan uji hipotesis). Oleh karena itulah maka pada ketika tertentu (dan bisa terbawa oleh dosen-dosen yang dididik dengan model itu), yang menjamur adalah penelitian korelasi. Sebagian karena dosen-dosen itu “bukan dosen metodologi penelitian.” Jadi tak sadar bahwa dunia penelitian sudah berkembang pesat, dan paradigma penelitian sudah banyak berubah. Jadi wajar jika penelitian eksploratif tak banyak muncul. Jangan sampai tertukar dengan penelitian deksriptif, ya! Penelitian eksploratif itu bisa dibilang sebagai penelitian penjelajahan, menjelajah rimba raya yang belum diketahui benar isi kandungannya.
      (2) Penelitian kualitatif itu yang dihimpun dan disajikan sebagai laporan penelitian terutama “informasi” yang bukan berupa bilangan. Jadi bukan hasil hitung menghitung dan ukur-mengukur. Itu tidak berarti “hanya berceritera.” Bayangkan saja Anda diminta membaca suatu naskah (dalam ujian bahasa). Itu kan seperti ceritera. Lalu Anda diminta membuat simpulan apa isi ceritera di atas. Malin Kundang (Minangkabau), Dalem Boncel (Sunda) dan mungkin banyak lagi, inti “teori”-nya (walau mungkin hanya memrkuat “teori” yang ada) adalah: (a) orang suka berusaha “melupakan” atau memupus asal-usulnya (purwa daksina) jika “rendah”, (b) orang berstatus sosial rendah itu suka rendah diri (malu jika ketahuan aslinya dari status sosial ekonomi rendah), (c) [normatif] durhaka pada orang tua itu akan berbuah malapetaka–kedurhakaan membawa ketidakbahagiaan.
      (3) “Teori baru” muncul dari fakta yang baru, yang sudah teruji berulang kali (lewat beberapa penelitian). Sebelum teruji berulang kali (reliabel), baru merupakan hasil penelitian. Itu saja. Jadi, mungkin Anda menemukan supply chain management yang “berbeda” dari sejenisnya yang lain. Itu baru hasil penelitian Anda. Kelak jika diulang teliti oleh Anda dan orang lain berkali-kali menghasilkan simpulan yang sama, jadilah dia teori. Begitu menurut salah satu mazhab “filsafat ilmu.” Jika Anda tahu peribahasa “kecil teranja-anja, besar terbawa-bawa,” itu sebenarnya “teori” hasil perenungan pengamatan bermasa-masa para leluhur kita. Kebiasaan (dan pembiasaan, didikan) semasa kecil akan terbawa sampai masa dewasa, katanya. Jadi, PAUD itu penting untuk pembentukan kepribadian seseorang. Nah, saya tidak cuma “berceritera,” kan?! Saya buat simpulan! Hehehe . . .

  7. waahh sudah dijawab. makasi banyak pak!

    iya pak, yang saya maksud seperti “bercerita” saja itu persis dengan apa yang bapak jabarkan di atas. hehehe

    dengan jawaban bapak yang sangat rinci tersebut, saya semakin yakin akan melakukan penelitian yang jarang dilakukan di kampus saya ini.

    terima kasih banyak pak! semoga bapak masih bersedia menjawab pertanyaan saya, jika dalam proses skripsi saya menemui banyak masalah.

  8. terimakasih replynya pak…
    hohohohoh….
    sekarang jadi lebih jelas, memang benar kalo penelitian Eksploratif itu tidak ada teori yang mendasari..
    tapi kok kesannya itu susah banget ya pak,kalo menggunakan desai penelitian ini..
    kita emang dituntut untuk menemukan masalah baru yang belum diketahui banyak orang, sekaligus di hasil akhirnya kita juga benar-benar berani mempertanggungjwabkan hasilnya????

    pak…sekali2 masuk ke Kelas TP, khusunya angkatan 2008…..
    hohohohohoh 😀

    • Hihihi…. Emang saya ahli TP, po? Tapi saya dukung benar jika Mbak Reza biosa menemukan sesuatu yang perlu dijelajah, dan KETEMU sesuatu yang ANEH, yang amzinging the world. Good luck, Allah bless you!

  9. pak saya sedang mengajukan seminar masalah internasional judl saya “dampak impor tekstil motif batik china thdp pelaku indutri batik dalm negeri”menggunakan metode exploratif
    sebenarnya saya sudah saya selesai kerjakan waktu saya ajukan kata dosen saya terlalu monoton dan ber-ulang jadi saya harus menentukan setiap detail mana yang akan di jadikan latar belakang masalah turunan dari pembahasan dan thesisnya..

    saya menilai yg dikhawtirkan dari dampak tersebut krn pemerintah tidak bisa memproteksi dan perilaku konsumen kita….

    mohon bantuannya pak utk menentukan variabelnya agar saya lebih mudah membaginya

    terima kasih sebelumnya pak

    • Waduh, maaf sekali, saya tak bisa bantu, karena saya tak memahami apa yang sedang dibicarakan (artikel seminar ataukah proposal penelitian). Kalau penelitian, waduh kayaknya sangat amat kualitatif, deh. Jadi, coba baca buku-buku penelitian kualitatif.
      Kedua, coba cermati lagi, berapa lama sih kira-kira (logisnya) sesuatu “kebijakan” atau fenomena akan berdampak. Dampak apa pula yang akan dicecar dari PELAKU INDUSTRI BATIK? Kebangkrutan, kemangkelan, keputusasaan? Jadi, dengan kata lain, variabelnya belum jelas. Coba teliti:P (1) selera beli masyarakat batik: pilih cina apa pilih indonesia. (2) Selera pedagang (makelar barang): pilih jual cina pilih jual indonesia. Itu lebih “dekat” dengan fenomena yang baru saja. Kalau pelaku industri batik, ya mungkin belum kelihatan.
      Kalau soal proteksi pemerintah ya tak bisa diteliti.
      Selain itu, dalam penelitian tidak boleh ada kekawatiran. Sajikan fakta objektif, biar orang ambil keputusan kebijakan.

  10. Malamm..pak 🙂
    pak mau tanya lagi..heheheh
    boleh kan??
    pak saya dapat tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan.
    nah tugasnya disuruh bkin proposal penelitian sampai Bab III..
    jdul yang saya ambil tentang ” Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Tentang Pengenalan Jenis Alat Musik Terhadap Kekreatifan Anak untuk Meningkatkan kecerdasan Musikal Pada Anak Usia Dini…
    Variabel penelitiannya apa saja ya pak..saya blum bgtu bsa menentukan variabelnya???
    trus satu lagi pak…desain Penelitian yang cocok untuk judul diatas bgaimana ya pak???
    mhon di blz ya pak,,deadline sdh menunggu…
    heheheh..
    thanks sblumnya…… 😉

    • Yah…… eeenak aja, suruh cepet-cepet. Emangnya apaan, tuh. Heheheh…
      (1) Itu judulnya kacau balau. Hehehe. (a) pengembangan media pembelajaran berbasis komputer UNTUK materi pengenalan jenis musik; (b) DALAM RANGKA mengembangkan kreatIVItas dan kecerdasan musikal anak usia dini.
      (2) Jenis penelitiannya PTK (penelitian tindakan kelas — buat model MPBK–kaji cermati kalau-kalau ada yang kurang baik — pakai dalam pembelajaran — evaluasi — perbaiki — pakai lagi — evaluasi lagi — perbaiki lagi — sampai tertemukan model yang dianggap paling efektif dan efisien — jangan lupa dilihat dari proses pembelajaran, bukan “njujug” hasil.
      (3) Bisa juga dengan R & D (research and development) — siapkan kerangka/rancangan/konsep pembuatan model MPBK; konsultasikan kepada ahli pembuatan media dan ahli pendidikan anak usia dini; buat “miniatur” atau “draft” model MPBK; uji cobakan terus menerus sampai ditemukan model yang terbaik alias efektif dan efisien)
      (4) Tak ada variabel (tak usah bicara variabel–karena bukan penelitian korelasional dan sejenisnya).

  11. hehehe….tau aja bpk …
    itu judulnya blum di edit yang bener…
    ngeles ja ini….hhohoho

    maklum pak baru sem.4….pkonya secra gris besarnya judul proposalnya seperti itu…
    sepertinya memang desain peneletiannya yang cocok adalah R&D….
    berarti jelas tidak ada hipotesisnya ya pak???

    trimksih atas reply yang pertama 🙂

    • Tentu, R & D tanpa hipotesis. Nah, di blog ini belum ada, tapi dah tak kasih garis besarnya, ya. Cari ndiri di web lain, ya, atawa di buku. Lain kali muncul juga di sini. Judul gunakan (a) gabung (b) yang saya komentarkan itu. Pasti lebih pas!

  12. Met sore pak ^_^…
    Mw sharing ni pak,,,rencananya saya mau penelitian di lokalisasi mengenai study kasus kejadian PMS pada PSK…
    dan yang akan saya cari tau adalah lama dy menjadi PSK, prilaku seksual beresiko, pola pencarian pelayanan kesehatan, dan pengetahuan dy tentang kesehatan reproduksi…

    Karena saya ingin menggunakan desain kualitatif apakah tidak dibutuhkan variabel2 dan kerangka teori ? dan bagaimana bentuk pembahasannya ? Terima kasih bapak ^_*…

    • Kualitatif tak harus dibahas, cukup DESKRIPTIF saja. Kerangka teori hanya sekedar kerangka (panduan, acuan), bukan untuk kajian teori yang menghasilkan simpulan teori yang kemudian jadi hipotesis. Deskripsi teori hanya menggambarkan apa itu PSK, kenapa umumnya jadi PSK dsb. Tapi, karena PSK yang diteliti beberapa orang (banyak), gunakan saja disain kuantiatif, sehingga hasilnhya deskripsi, misal berapa persen PSK yang (a) bersebab tertentu jadi PSK, (b) paling lama paling baru jadi PSK, (c) berperilaku seksual berisiko — tanpa kondom?, (d) cara mencari solusi/prevensi kesehatan dengan cara A, B,. C dsb, (e) berpengatahuan kesehatan reproduksi tinggi – rendah, dan sebagainya. Ini lebih mudah daripada kualitatif.

  13. Ooo…Jadi maksud bapak, saya meneliti point2 tersebut kemudian pada pembahasan di uraikan secara deskriptif yang isinya menjelaskan bahwa dari hasil penelitian tsb ada/tidak hubungan atau pengaruh terhadap kejadian PMS…? Apakah perlu digunakan SPSS ? apakah tetap menggunakan hipotesis dan kerangka teori ? dan menurut bapak Judul yang tepat bunyi seperti apa ?

    Maaf saya banyak tanya pak, saya lagi bingung berat nih hheheheehhe…

    • Bisa dikorelasikan jika semua variabel bisa diukur (diberi skor). Analisis sih terserah saja, mau gunakan manual juga boleh, kalau mau lama. Kalau mau cepat ya pakai SPSS, tentu. Judulnya ya gabungkan saja semua “latar belakang” itu sebagai independent variable, lalu PMS (juga diskor) sebagai dependent variable. Jadi, “Hubungan masa kerja sebagai PSK, pengetahuan ……. dst dengan PMS”

  14. Jiaaaaaaaaaaaa…..kok kalau mau lama pak hahahaha…OK,makasih banyuaaaaaaaaaaaaaakkkk ya pak….MANTEP banget deh jawabannya …. Lain kali masih boleh tnyakan pak hehehehehehe…. ^_^

  15. siang pak mau tanya, klo ada judul kripsi “kajian intensifikasi pendptan asli daerah sbagai sumber pendaptan daerah otonom melalui penerbitan obligasi pemerintah daerah” metod penltianx apa????? mksi

    • Penelitian kajian. Hehehe..guyon aja. Itu jenis penelitian deskriptif dan kualitatif. Tapi, saya bingung. Yang mau diteliti jadinya apa? Penerbitan obligasi Pemda sebagai upaya meningkatkan pendapatan daerah, kan?! Pertanyaan penelitiannya apa? “Seberapa intensif Pemda menerbitkan obligasi?” Atau, “Apakah penerbitan obligasi pemda signifikan meningkatkan pendapatan daerah?”

  16. 1. Apakah pola pikir yang mendasari diterbitkannya obligasi daerah (municipal bond) sebagai alternatif sumber pendapatan dalam intensifikasi Pendapatan Asli Daerah?
    2. Bagaimana model mekanisme sistem penerbitan obligasi (municipal bond) yang bisa diterapkan dalam upaya intensifikasi Pendapatan Asli Daerah ?

    sama pak aq juga bingung makax tax…he3x

    • Ya udah, tanyai saja para informan (pejabat Pemda) yang terkait dengan itu. Deskripsikan hasil penelitiannya untuk menjawab dua pertanyaan itu: Rasional-ekonomik yang mendasari diterbitkan muncipal bond di daerah tertentu, dan bagaimana mekanismenya. Selesai. Jadi, penelitiannya deskriptif, dan tentu kualitatif.

  17. Bapak, saya sangat terbantu dengan tulisan bapak 🙂

    Pak, saya mau tanya, kalau saya mau meneliti perilaku turis yang mengunjungi toko souvenir (baik yang membeli atau tidak membeli), tepatnya pakai metode teknik sampling apa ya pak? Saya berasumsi kalau non-probabilita accidental mungkin cocok mengingat :

    1. Saya tidak memiliki data turis yang mengunjungi toko2 souvenir ataupun izin kerjasama dengan toko souvenir tertenatu.
    2. Keterbatasan waktu dan biaya sehingga saya memilih u/ menyetop turis yang lalu lalang di sekitar toko souvenir.

    Sejauh yang saya pahami, konsekuensi dari teknik ini, saya hanya dapat melakukan penelitian jenis eksploratif atau deskriptif (mohon dikoreksi jika pemahaman saya ngaco :)).

    Dan kemudian sebagai konsekuensi lebih lanjut, saya tidak perlu menggunakan SPSS karena saya tidak menguji variable manapun (mohon dikoreksi jika saya lebih ngaco lagi,pak 😀 )

    Terima kasih banyak pak Tatang

    • (1) Populasi subjek (turis pengunjung toko suvenir) tak terhingga (sulit dihitung). Jadi tak mungkin menggunakan teknik-teknik sampling yang “probability”, pilihannya ya “ketemu tangkap.” Jadi, bukan soal keterbatasan waktu dan biaya, walau bisa jadi, karena kalau harus melacak turis-turis ke mancanegara ya kan pasti tak punya uang.
      (2) Teknik pengambilan sampel tidak terkait dengan eksploratif, deskriptif, atau ekplanatif, melainkan terkait dengan “masalah” yang akan diteliti. Turis dari negara mana (variabel asal negara) yang “royal” dan “kikir” belanja (variabel keroyalan belanja), itu korelasional. Turis dari negara mana yang “rewel” (suka njlimet nawar) dan yang tak “rewel” itu juga korelasi. Turis negara mana yang paling suka belanja batik dan yang paling suka belanja kerajinan tradisional atau perak, itu juga korelasi. Turis laki-laki dan perempuan dari tiap negara atau total ada perbedaan selera belanja suvenir atau tidak, itu juga korelasi (perbandingan). Turis dewawa, lansia, remaja, dan anak-anak ada perbedaan selera belanja suvenir atau tidak, itu juga korelasi (perbandingan). Wah, jadi perilaku turis belanja suvenir itu mengandung sangat amat banyak sekali variabel.
      (3) Analisis data yang variabel (aspek, faktor) yang dianalisisnya banyak, lebih efisien menggunakan SPSS daripada hitung jari (manual), tentu. Jadi, bukan soal nguji variabel (hipotesis) atau tidak mengujinya.

    • Pak Tatang, saya mau nanya lagi nih….

      Apakah penelitian non-probability (accidental) itu tidak bisa di uji hipotesis atau uji korelasi?

      Terima kasih

      • Hipotesis (yang bener) itu menyatakan ada korelasi antar X dan Y. Jadi jika penelitiannya korelasional, maka tentu “harus” ada uji korelasi (hipotesis). Nonrandom sampling atau random sampling tak perduli. Accidental sampling itu salah satu saja dari teknik nonrandom (karena mau random tak mungkin, wong populasinya tak diketahui seara pasti, tak terhingga). Penelitian deksirptif (nonhipotetik) bisa saja menggunakan teknik sampling yang itu juga, tapi tentu tak ada uji hipotesis korelasi, wong tidak mengkorelasikan (tidak eksplanatif, melainkan deskriptif).

  18. Ass..pak..
    seneng banget baca komen2 d atas..bermanfaat banget buat yang baru belajar penelitian seperti saya..hehe
    pak saya sudah membuat skripsi judulny “Evaluasi Proses tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”
    awalnya saya menggunakan metode kualitatif deskriptif, tapi di suruh ganti sama dosen saya pak..katanya gak bisa menggali ke akarnya..cuma sekedar normatif saja..
    nah sekarang saya menggunakan eksploratif pak..tapi jujur saya masih bingung..apa ‘sesuai’ dengan masalah yang saya teliti..apakah eksploratif bisa diposisikan sebagai metode untuk menggali data lebih dalam walau masalahnya bukan sebuah hal baru?
    mohon bantuannya pak..terimakasih..

    • (1) Judulnya saja sudah “evaluatif,” jadi ya sebenarnya termasuk “penelitian evaluasi.” Sayang belum saya tulis di blog ini. Intinya penelitian evaluasi itu melakukan penelitian (dengan prosedur atau langkah-langkah penelitian) yang sifatnya mengevaluasi (itu beda utama dari “tes” atau “evaluasi hasil belajar” misalnya). Dalam topik Mbak Ati berupa mengevaluasi apakah temuan BPK sudah ditindaklanjuti, dan tindak lanjutnya itu seperti apa (“bagaimana”).
      (2) Kalau bingung dengan “penelitian evaluasi” ya sebut saja penelitian deskriptif–tanpa embel-embel kualitatif” (karena itu pendekatan tersendiri). Masalahnya memang bukan barang “baru” (yang belum diketahui sosoknya, atau teorinya). Jadi, ya penelitian deskriptif, bukan eksplanatif yang menjelaskan hubungan (asosiasi, korelasi) antar variabel. Coba cek di tulisan saya yang mana yang membedakan penelitian itu ada jenis eksploratif, ada deskriptif, ada eksplanatif (mungkin di “penelitian eksploratori” yang “sedang” dibaca ini, ya!).
      (3) Penelitian kualitatif memang akan (harus) menggali sampai akar-akarnya. Yang ini tak akan sampai ke sana, hanya normatif saja (membandingkan norma/ketentuan/aturan: harusnya begini begitu–konkrintya “harusnya ditindaklanjuti”), lalu diteliti kenyataannya seperti apa.

  19. Amiin ya Rabb,…
    mdh”n doanya d ijabah oleh Allah SWT
    saat ini sy sedang menjalani study di Magister Teknik Industri UII , konsentrasi Manajemen Industri Kang Tatang, saat ini sy sedang menulis thesis yang memakai metode eksploratif. Alhamdulillah, artikel Kang Tatang bsa memberi inspirasi saya dan sangat bermanfaat. Barakallah,..:)

  20. Assalamualaikum, salam kenal buat bapak. Gni pak saya mau tanya nih, saya sekrng sedang menulis skripsi. Sebenarnya penelitian eksploratif dengan penelitian exsplanatory itu sama atau beda ya pak ?kl beda, apa yang membedakannya pak.Trima ksh sebelumnya…..

    • Meng-“eksplor” itu yang akan diteliti belum jelas sosoknya, masih perlu “digali” (didalami) sampai tertemukan “juntrungan”-nya. Jadi tidak mungkin “diterangkan” (di-“explain” lewat “explanation”), karena variabel-variabel yang ada di dalamnya saja belum jelas. Eksplanasi itu mengaitkan satu variabel dengan variabel yang lain, bahwa terjadinya sesuatu (Y) itu bisa jadi ada kaitan (korelasi, asosiasi) dengan sesutu yang lain (X). Lewat eksperimen lebih dapat ditegaskan lagi bahwa terjadinya Y (kepahaman murid akan materi pelajaran, misal) karena disebabkan tindakan/”treatment” X (misalnya menggunakan “peragaan-peragaan” atau demonstrasi), dan murid tidak paham benar jika hanya dengan “ceritera” atau “keterangan” saja.

  21. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam kenal pak. Alhamdulillah tulisan bapak telah meluruskan pemahaman saya ttg perbedaan beberapa jenis penelitian. Kebetulan sy sdg mengerjkn skripsi yg berjudul “Identifikasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Nelayan di Desa Tamasaju Kec.Galesong Utara”, ltr blkngnya krn potensi alam dan manusia yg cukup besar (dari data statistik) dibandingkan desa lain bahkan kec. lain di Kab.Takalar tp kondisi perekonomianx msh rendah (dilihat dari sanitasi lingkngnx). Jd sy ingin mengeksplor apa sj sarpras yg tersedia dan apa yg dibutuhkan oleh nelayan desa tsb maupun sekitarnya u/ meningkatkan perekonomiannya.
    Yang ingin sy tanyakan (maaf panjang intronya..) apakah benar ini jenis penelitian eksploratif? tapi dosen pembimbing sy meminta adanya variabel, krn teori ttg sarpras tsb blm ada, sy menjelajahi peraturan2 pemerinth yg menyinggung ttg sarpras kegiatan perikanan utk pelabuhan perikanan (secara holistik) tapi saya pisah2kan menjadi satu per satu dan sy jadikan variabel sehingga berubah jadi penelitian deskriptif, kalo begitu bisa ndak ya pak?
    syukran

    • Ubah saja menjadi studi perbandingan ketersediaan sarana dan prasarana (mungkin diubah menjadi sumber daya alam dan manusia) dalam peningkatan taraf ekenomi masyarakat Tasamaju berbading lainnya di Galesong Utara. Jadi, variabel sumber daya antar desa akan tampak berbedanya (menjadi variabel, mengandung variasi: kuantitas banyak-sedikit, kualitas tinggi-rendah dsb). Dan variabel dependennya pun jelas “ekonomi tinggi-rendah. Mengenai sarana dan prasarana baca tulisan saya tentang itu (berkait pendidikan) sebagai inspirasi dikaitkan dengan kenelayanan.

  22. Aslmkm pak, sy rezki
    judul skripsi saya” Preferensi Mahasiswa dalam Memilih Produk Flash Disk Menggunakan Pendekatan Analisis Konjoin STUDI KASUS: Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI) JAKARTA”
    kira2 dengan judul seperti itu penelitian nya eksploratori atau deskriptif ya pak?
    dan haruskah ada uji hipotesis jg?
    terima kasih banyak sebelumnya 😀
    wasalam

  23. aslm pak tatang…
    saya dini..
    judul seminar saya “Pengaruh perkembangan pembangunan perumahan terhadap PAD Kabupaten Karanganyar”
    itu menggunakan metode EKSPLORATIF atau DESKRIPTIF atau EKSPLANATION???
    saya bingung pak..belum terlalu ngeh..
    hehehe
    trimakasih..semoga bapak bisa bantu saya

    • Ah itu sih deskripsi biasa saja. Ambil data “hasil” (pendapatan) dari perumahan dalam PAD, bandingkan dengan tanpa ada “income” dari perumahan. Jika “signifikan” (yakin tinggi bedanya), ya ada pengaruh. Gitu saja.

    • Met Mlm pak…
      Saya dapat tugas dari dosen saya buat makalah tentang teori dan explorasi penelitian pendidikan terkait modal dasar dalam penelitian pendidikan serta kerangka berpikir.
      mohon bantuannya ya….pak

  24. bpk tatang,
    terima kasih pak sebelumnya, saya sangat terbantu dengan artikel bpk tentang penelitian eksploratori ini. saya mau tanya pak, kalo analisis data hingga tingkat deskriptif itu seperti apa ya pak (jika diterapkan di penelitian ekploratori)? lalu, apakah mungkin setelah kita dapet hasil, analisisnya menggunakan analisis statistik (kuantitatif)?
    lalu jika memakai teknik sampling non random sampling bagaimana pak?
    hatur nuhun

    • Deskripsi itu memaparkan tanpa menghubung-hubungkan variabel. Tidak mengkorelasikan ini dengan itu. Ceritera saja, bisa hasil analisisnya berupa kategori atau klasifikasi (macam, jenis, tipe), ragam asal-usul kejadian (karena faktor x, faktor y, faktor z) dsb. Jadi, kalau dapat banyak ya dihitung-hitung (sebagian besar persentasenya karena x, sebagian lagi karena y dsb). Menghitung itu sudah terkategorikan analisis kuantitatif.

  25. terimakasih pak dengan paparan bapak tadi saya sedikit paham, nah saya mohon bantuan bapak untuk memberikan bapak petunjuk mengenai profosel penelitian yang saya akan angkat yaitu tentang penyakit cacing syngamus trakea, dimana di indonesia belum ada yang meneliti, di desa saya ada penyakit itu, litertur mengenai itu minim dan penelitiannya di lakukan diluar negeri saja, apa yang metodelogi yang cocok, dan perlu bapak pahami masyarakat belum banyak yang tahu tentang penyebab penyakit ini adalah cacing, gimana identifikasi masalahnya,

    • Buktikan saja bahwa penyebabnya cacing. Sebarkan ke masyarakat, biar masyarakat tahu (lewat artikel dsb) bahwa ada penyakit cacing yang penyebabnya cacing (maksudnya singamus trakea–basa jawanya apa, ya?–disebabkan oleh cacing)

  26. Bapak tatang terimakasih sebelumnya artikel blog anda sudah membantu saya. pak saya ingin berkosultasi. saya juga sedang menjalankan tugas skripsi, tapi saya masih binggung dengan metode yang saya kerjakan. judul saya tentang evaluasi izin definitif lahan hutan negara di gunung kidul, saya pakai metode apa ya pak ? mungkin bapak bisa kasih solusi buat saya. terimakasi pak..

  27. halow,,,pak,,,, Q pengen tanya, bagaimana hasil penelitian bapak tentang pustakawan-pustakawan di atas??? trimakasih…. 🙂

    • Itu sekian tahun yang lalu, dan saya sajikan dalam Seminar Nasional ISPI di Bandung (tahunnya lupa juga). Intinya memang tafsiran tentang sertifikasi profesi itu beragam. Selain itu ada yang setuju secara berkala diuji ulang, ada yang setujunya itu berlaku sepanjang hayat keprofesian. Ada pula yang menganggap itu hanya dilakukan bagi mereka yang bukan berkualifikasi pendidikan kepustakawanan. Kira-kira begitu. Tentu ini sudah tidak valid lagi dengan sudah terbakukannya sertifikasi profesi (anatar lain untuk guru).

  28. assalamualaikum… pak saya mau bertanya. sekarang ini penelitian saya sudah sampai pada proposal.. namun hingga kini saya masih bingung menentukan jenis penelitian kualitatif apa. judul saya “implementasi kebijakan pimpinan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan di PT.XX perspektif maqashid syariah”. . . disini rumusan masalah saya, kebijakan apa? dan bagaimana mengimplementasikannnya. nah hal ini kan deskriptif. namun krn saya mengukur kesejahteraan melalui pemenuhan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta (maqashid syariah), apa ini bukan eksploratori. karena saya harus menguak kebijakan2 yg mengarah pd pemenuhan kesejahteraan… apa bisa duet pak : deskriptif-eksploratori…. trimakasi pak :))

    • Dalam penelitian tidak lazim meneliti lapangan (empirik) lalu ditinjau dari kacamata yang lain, seperti judul penelitian Ananda. Jadi akan bingung yang diimplementasikan itu kebijakan atau maqasid syari’ah? Dengan kata lain, “toeri” mana yang sedang akan diteliti: “teori kebijakan” ataukah “teori syari’ah”?
      Oleh karenanya jenis ini menjadi repot untuk dikategorikan: kualitatif bukan, kuantitatif apalagi. Mungkin penelitian kebijakan, yaitui cocok dengan syari’ah ataukah tidak! Tapi tidak jelas juga, “teori kebijakan” yang mana yang digunakan.
      Maqasid syar’iyyah dengan indikasi pemenuhan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta, maaf, saya tidak tahu referensinya apakah itu “valid” untuk mengukur “pemenuhan kesejahteraan yang syar’iyyi,” sementara mungkin kebijakan peningkatan kesejahteraan yang dilakukan PT XX tidak berkonotasi ke situ (jangan-jangan menggunakan teori motivasi Herzberg), atau itu kebijakan parsial dalam segi tertentu, bukan kebijakan umum.

  29. Terimakasih Pak, Postingan ini membantu saya mengerti akan makna dari study eksploratif..
    saya sedang melakukan penelitian dengan judul, Hubungan sex education terhadap perilaku seksual remaja SMP yang berpacaran (studi dilakukan pada sekolah yang telah memberikan materi sex education). Awalnya saya berniat menjadikan ini studi kuantitatif, namun karena kurangnya referensi berupa jurnal serta kendala pada penetapan alat ukur, maka tampaknya lebih baik dibuat sebagai studi eksploratif..
    bagaimana sekiranya menurut Bapak? lalu yang perlu diperdalam adalah pemahaman sex education siswa, penerapan sex education di sekolah, atau lebih kepada perilaku sex siswa?
    mohon bimbingannya, Pak..
    Salam Hormat,

    • hehe, ya rumuskan dengan jelas dulu apa itu sex education dan apa saja materi yang diberikan dalam sex education itu. lalu adakah “praktek” (amalan) yang harus (bisa) dilakukan dalam keseharian remaja. rumuskan pula apa itu perilaku seksual remaja (jangan-jangan terjadi salah menangkap maknaya dikaitkan dengan sex education)

  30. Assalamualaikum,,, pak. saya ingin bertanya, bagaimana teknik menyelesaikan masalah di dalam suatu penelitian? makasih sebelumnya.

  31. permisi pak ,saya mau tny, kira” desain perumusan masalah utk kepuasan dan loyalitas konsumen bagaimana ya? makasih sebelumnya pak..

  32. Assalamualaikum pak,
    Mohon menayakan
    1.Apakah dalam studi eksplorasi dibutuhkan FDG untuk analisis datanya?
    2.Dalam menilai suatu pernyataan dalam penelitian eksplorasi boleh menggunakan interpretasi kita sendiri ?
    3.Apakah penelitian eksplorasi bersifat subjektif menurut peneliti saja?

  33. contoh dari riset eksploratori yang ada di mall besar apa saja yah? bagaimana cara pembuatan laporannya?

  34. Assalamu’alaikum, Pak. Terimakasih atas artikelnya yang bagus ini. Saya mau tanya, apakah pendekatan eksplorasi eksplanatoris dapat digunakan dengan metode penelitian kepustakaan? Saya hendak membuat penelitian dengan judul “Psikologi Analitik Jungian sebagai Dasar Konseling Islami”. Apakah penelitian ini ada hipotesisinya? Bila ada seperti apa?
    Terimakasih banyak pak atas jawabannya. Nuhun…

    • Penelitian itu mah atuh bukan penelitian empirik, jadi beda pola dasar dan pikirnya. Gunakan saja “analisis filosofis” gitu, namanya “conceptual analysis.” Baca buku Imam Barnadib Filsafat Pendidikan Dasar dan Metode. Boleh juga baca buku Filsafat anton Baker. Jadi, analisis konsep “bimbingan dan konseling islami” lalu konsep “psikoanalisis Jung.” pakai logika, cocok atau tidak cocok dijadikan dasar (jadi analisis-interpretatif), sambil cek dari sudut syariat islam. Kenapa tidak pakai buku Psikologi Islam?

      • klaau analisis, Hmm, bisa dijadikan skripsi tidak ya?
        Soalnya saya juga memiliki contoh-contoh kasus yang menggunakan pendekatan Jungian ini dan kasus tersebut adalah problem paling pelik yang sering dialami oleh Muslim saat ini yaitu homoseksualisme dan kesurupan (masing-masing satu kasus). Kasus tersebut adalah case study dari peneliti lain, sedangkan yang satu lagi hasil konseling saya di masa lalu, sehingga saya bingung harus bagaimana membuat hipotesis atau analisis tersebut.

        Saya juga sudah memadankan temuan saya itu dengan buku Psikologi Islami karya Fuad Nashori. Tapi saya akan membaca buku-buku rekomendasi Bapak :D. Terimaksih

      • Gak usah pakai hipotesis, jika menggunakan “studi kasus” (case study research) penelitian empirik, bukan “studi kasus” (case study) BK atau psikologi. Gunakan pendekaan kualitatif: apa siapa bagaimana ybs. ungkap sampai mendalam, bukan meluas, “mengapa” bisa terjadi “berkasus”? Deskriptif saja, tapi bisa punya simpulan kasus satu orang! Baca metodologi penelitian kualitatif (case study research)!

  35. ass…
    Mohon Pencerahan….
    saya andi kul di STIE Lam-Tim Smster terkhir…
    saat ini saya sedang menyusun skripsi dgn judul Analisis Layout pada Perusahaan Penggilingan Padi
    1. Apakah analisis saya tidk ada hipotensisnya?
    2. Bagaimana teknik pengambilan datanya?
    3. Bagaimana hitungan statistiknya?
    terima kasih ats pencerahannya…
    wslm

    • Itu kan beda jenis penelitian. Anlisis (kaji) aja layoutnya, harusnya seperti apa, bandingkan dah bagus apa tidak. Penelitian evaluasi! rasanya gak perlu hitungan statistik, itu tataruang, kan?! Pakai analisi time and motion study, itu cara lain, efieisn enggak.

      • klo harus dibandingkan berarti harus ada data pembandingnya dong?
        klo sya pake analisis time and motion study, apakah nanti tidak pengaruh kepada judul yang sudah saya buat?
        terima kasih atas pencerahannya…

  36. Super sekali pak. Kebetulan saya mahasiswa fkip yg ingin sekali membuat skripsi dg metodE explorasi ini.
    Mau tanya, buku apa saja yg bisa dijadikan referensi mengenai penelitian explorasi?

    Kalau boleh, saya ingin tahu alamat email Bapak agar bisa berkorespondensi

  37. selamat malam pak. saya baru mulai skripsi dengan judul penelitian “Pemanfaatan Internet sebagai media pembelajaran di Jurusan Teknologi Industri”. Dosen menyarankan nantinya menggnakan penelitian exploratori, dengan mengambil data dari dosen maupun mahasiswa yg akan diperoleh nantinya aplikasi internet apa saja yang dipakai dosen dlm pembelajarannya, apa saja pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran. Namun saya menemukan pada skripsi peneliti lain dengan judul “persepsi mahasiswa terhadap pemanfaatan internet dalam menunjang perkuliahan di jurusan teknologi pendidikan”. yang saya tanyakan apakah penelitian saya masih termasuk penelitian exploratori? terima kasih

    • Tidak, b7ukan eksploratif, tetapi bukan karena sudah ada penelitian yang serupa, melainkan karena internet barangnya sudah jelas. Jadi, penelitiannya deskriptif, memaparkan gejala atau peristiwa tanpa menghubung-hubungkan antar variabel. Hasilnya berupa deskripsi tentang pemanfaaatan internet oleh dosen dan mahasiswa.

  38. pak tatang..
    saya ingin bertanya tentang bagaimana dengan analisis datanya penelitian deskriptif?
    apa pakai skala ukur?
    atau bagaimana?
    mohon penjelasannya,

  39. assalamualaikum pak tatang, saya mahasiswa PT swasta di malang, saya mulai mengerjakan proposal skripsi dengan judul”sosialisasi musrenbang dalam mensukseskan pembangunan daerah” rumusan masalah saya yaitu ingin mengetahui upaya dari pihak kelurahan agar dapat mensukseskan pembangunan. studi saya disalah satu kelurahan di malang pak. dosen pembimbing memberikan memberikan saya metode eksploratif. dan saya tidak mengerti masalah penelitian kuantitatif, apa penelitian eksploratif ini bisa digunakan untuk penelitian kualitatif? setahu saya ekspolratif kan untuk penelitian kuantitatif.kalau bisa sya mntak tlong agar di jelaskan sdikit tentang penggunaan metode eksploratif untuk penelitian kualitatif agar saya tidak salah dalam membuat skripsi nantinya. trima kasih pa tatang.assalamualikum

    • alaykum salam. Eksploratif itu bisa kuan bisa kual. Kual justru lebih banyak, karena tidak untuk mengukur-ukur menghitung, biasanya. Ya udah, gunakan eksploratif kualitatif, apalagi yang diteliti upaya kelurahan. Kualitatiflah itu!!!!

  40. Assalamu’alaikum Bpak Tatang, sya mau bertanya..
    Sya sedang penelitian “pengambilan keputusan petani dalam pergeseran mata pencaharian pasca erupsi merapi” dalam proposal sya metodenya mengguakan studi kasus eksplorasi, tetapi ada hipotesis ttg faktor2 yg mempengaruhi, sya bingung krna dalam penulisan laporan yg sdg sya buat, spertinya jadi eksplanatori? mohon pencerahan Pak? terimakasih banyak sebelumnya..

      • maaf Pak, deskriptif cara penulisan laporannya atau dari awal proposal sya rubah menjadi deskriptif bukan eksploratif?
        sya pernah baca referensi, bahwa penelitian eksploratif itu digunakan karena peneliti belum dapat mendeskripsikan (pneleitian deskriptif) masalah yg akan diteliti. Jadi apakah benar kalau pendekatan ekploratif kmudian laporan penulisannya deskriptif?

        kmudian bagaimana dg faktor2 yg ingin sya ketahui juga? dalam penulisan laporan kualitatif faktor2 tersebut analisisnya bagaimana? ada bedanya tidak di penelitian eksploratif, deskriptif dan eksplanatoris? sya masih agak bingung Pak..

      • hehe, ya awalnya saya mau mencari hubungan antara kepribadian dan ngidam. tapi masihterasa sulit, jadi ya penelitian saya berubah eksploratif ja. karena belum banyak rujukan, kalo gitu kan boleh ya pak? habis baca penjelasan bapak tentang penelitian eksploratif di atas ni. 🙂

      • Iya, mengukur kepribadian seseorang dan mengaitkannya dengan perilaku ngidam, ya sulit. Ya, tergantung bidang Anda apa, psikologi, biologi, apa medis? Bagus juga jika ada “psikologi” ngidam. Hehehe, apalagi kalau menemukan yang aneh-aneh, ngidam ngemut kepala Pak Ogah, misalnya.

  41. bgus skali penjelsan.y pk,, tp bisa tdk bpk jlaskan lbih detail lg mnenai prbedaan jenis penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatif???? n skalian contohn nya ya

  42. Dear Pak Tatang,
    Sungguh super sekali Bapak mau menjawab pertanyaan2 para mahasiswa antah berantah yg konsul skripsi. Walaupun cuma lewat blog, bapak telaten sekali menjawab pertanyaan kami. Andai dosen pembimbing saya kaya Bapak, akan bahagia sekali hidup saya :’).

    Pak, saya pernah dengar metode penelitian yang tujuannya adalah mencari tahu apakah metode tertentu bisa diterapkan di lembaga lain yang situasinya mirip. Misal lembaga X memakai metode A untuk menyelesaikan masalah. Kebetulan lembaga Y juga mengalami masalah yang sama. Nah, lalu nanti penelitian itu mencari tahu apakah solusi yang sama bisa dipakai untuk mengatasi masalah di lembaga Y. Itu penelitian apa ya pak? saya cari-cari di internet jawabannya simpang siur. Ada yang menyebutkan itu namanya case study, ada yang menyebutkan namanya penelitian terapan. Mohon pencerahannya Pak. Semoga berkah. aamiin

    • Mulai dengan logika: Menurut hasil penelitian di Lembaga A metode PQR sukses mengatasi masalah ZZ. Simpulan: Metode PQR bisa mengatasi masalah ZZ. Lembaga B punya masalah ZZ. Jadi secara teoritis (dengan mendeduksi) masalah ZZ di Lembaga B bisa diatasi dengen metode PQR. Simpulan: Hipotetis metode PQR itu bisa mengatasi masalah ZZ di Lembaga B.
      Balik: Lembaga B punya masalah ZZ. Rumusan masalah: Dengan metode apa masalah ZZ itu bisa diatasi? Meujuk ke “teori” : Masalah ZZ di Lembaga A bisa diatasi dengan metode PQR. Simpulan teoritik (jadi hipotesis) Maasalah ZZ di Lembaga B bisa diatasi dengan metode PQR. Laksanakan, himpun data, uji hipotesis.
      Nah, jadi itu jenis penelitian apa? Biasa dilakukan sehari-hari, penelitian yang biasa dilakukan, kan?!!!!

  43. sangat Inspiratif. Mau tanya pak, kalau penelitian eksploratori pengumpulannya dengan studi pustaka saja apakah cukup? jadi saya ingin meneliti tentang evaluasi penerapan blended learning, tetapi ternyata belum ada standar yang pasti tentang bagaimanakah kriteria blended learning yang baik itu seperti apa, dan masih sedikit penelitian tentang blended learning. Nah, kriteria-kriteria tentang standar blended learning yang efektif inilah yang ingin saya rumuskan. Kira-kira langkah apa saja yang harus saya lakukan? Terima kasih

    • Namanya bukan penelitian eksploratif, tapi studi literer. Tapi jarang dilakukan, jadi jangan-jangan dosen pembimbingnya gak nyambung, terus gak boleh. Ke lapangan saja, cari persepsi praktisi tentang standar itu.

      • kalau judul itu dilakukan oleh mahasiswa FKIP bhs inggris apakah tepat ya Pak? Koq kayaknya cocoknya utk mahasiswa TP

      • Improving English through blended learning, why not? Or, administer a survey asking teacher whether they have ever used it, or explore their perception about it (is it useful for them or not), let aside the standard, just get their opinion.

  44. permisi pak,saya ingin bertanya.
    saya adalah mahasiswa yg saat ini sedang menempuh semester akhir. beberapa waktu yg lalu saya ngumpulin proposal utk skripsi ke dosen pembimbing saya dgn judul “strategi pemerintah daerah dalam memberdayakan ukm kerajinan kulit kerang kenjeran sby” setelah sy konsul. beliau menyuruh saya melakukan penelitian eksploratif dgn alasan msh belum diketahui strateginya atau bs dibilang sy blm tahu strategi pemberdayaan ukm yg sy teliti. padahal beberapa penelitian/skripsi sblmnya dgn judul yg hmpir sama (strategi pemberdayaan bla bla) menggunakan metode deskriptif. di penelitian terdahulu blum ada yg membahas ttg strategi pemberdayaan ukm itu memang,tapi udah ada yg menemukan model2 pemberdayaan ukm di wilayah yg sy teliti. saya juga beranggapan mestinya penelitian sy ini cm menggambarkan aja gimana strategi pemberdayaan pemerintah,bkn menggali lbh dalam ttg model2 ato pola2 pemberdayaan ukm. saya bingung pak,gimana mestinya saya,hrs ngotot ato nurut dosen saya, kalo menurut bapak pake metode yg mana seharusnya penelitian saya itu?
    saya berharap sangat pd jawaban bapak,terima kasih atas perhatiannya pak.

    • Bosan kali judulnya kok itu-itu saja, kayak gak ada judul lain yang lebih menantang daripada cuma laporan pandangan mata (kayak laporan studi tour siswa smp–hehehe). Ya coba eksplor dulu, studi pendahuluan dulu. Eh, jangan-jangan nanti judulnya jadi “efektivitas (keberhasilan) strategi pemda memberdayakan ukm kerajinan kulit,” bukan cuma strateginya apa, tapi berhasil apa tidak itu strategi. Cek tuh ukm jinlit pada hidup (sustain) apa bangkrut, maju apa jalan di tempat, apa ngos-ngosan, apa bagai kerakap tumbuh di batu. Bisa juga “respons masyarakat jinlit terhadap pembinaan pemda.” Janga-jangan nanti ketemu “dampak domino pembinaan pemda terhadap jinlit” (yang satu dibina, lainnya ikut kena imbas jadi maju. Eh, kalau ke lapangan, tolong dong cari daftar karyawan disertai latar belakang pendidikan dan pelatihannya serta jenis pekerjaannya sekarang — hehehe — nyumbang data untuk saya, gitu. Trims.

      • haha iya pak, udah bolak balik ganti judul pak, udah mentok ini hehe, kalo saya rubah judul saya bikin proposal lagi dong pak, saya pinginnya yang strategi ini udah kadung dibuat hehe. berdasarkan penelusuran literatur sih ya pada maju dibandingkan dengan awal-awal pembentukannya. mohon dukungannya pak, biar bisa cepet turlap, kalo saya bisa saya bantu pak dengan senang hati, senang bisa saling membantu, terima kasih banyak, mugi2 Gusti Allah maringi kesehatan lan panjang umur, supaya bisa tetep mengabdi pada ilmunya pak, matur nuwun sing katah nggih pak, Wassalamualaikum.

  45. pak..saya mau bertanya..sekiranya mau dijawab..kalau peneitian yang bersifat eksporatif, untuk pengolahan dan analisa data bentuknya bagaimana?? terimakasih sbelumnya

  46. pak, maaf mau numpang nanya dung..
    kalo prosedur dari penelitian eksploratif apa pak? serta prosedur itu sama gak sama jenis-jenis rancangan eksploratif? dan satu lagi pertanyaannya, apa saja kelebihan dan kekurangan dari penelitian eksploratif?
    makasi sebelumnya pak..

    • Yaaah, dibaca aja yang cermat! Baca dalam ensiklopedi atau kamus penelitian yang agak lengkap apa beda prosedur dengan rancangan! Bukan kelebihan dan kekurangan, tapi yang penting tepat digunakan! Jika salah tempat ya salah!

  47. Assalamualaikum. Maaf pak saya ingin tanya. Judul penelitian saya “Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian produk di ABC Departement Store”. Saya menggunakan retailing mix (produk,lokasi,promosi,harga,personil,dan penampilan) sebagai variabel bebas yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian. Nah penelitian saya itu termasuk eksploratory ataukah konfirmatory ya pak?mohon penjelasannya. Trimakasih.

    • Penelitian deskriptif, memaparkan selera (pertimbangan membeli) konsumen. Teorinya kan sudah ada, jadi bukan eksploratif. Penelitian konfirmatif, sepengetahun saya tak ada, yang ada paradigma verifikatif (pengujian teori/hipotesis).

  48. mat sore pak…ijin bertanya
    sya mw membuat laporan akhir dengan jurusan saya politi pemerintahan
    kami diharuskan menggunakan metode eksploratif dengan pendekatan induktif
    saya mengambil judul “Tingkat Pendidikan Politik Pemilih Pemula Dalam Persiapan Pemilukada”
    Menurut Bapak bgaimana???Lalu untuk menganalisis datanya harus bgaiman???Trima kasih sebelumnya…

    • Wah, yang berat itu untuk menetapkan tingkat pendidikan politik. Hehe… mungkin melek politik, tahu politik, ikut-ikutan, ikut membership political group tidak dsb. Digali saja. Sajikan secara kualitatif aja mereka tahu pemilukada itu untuk apa dan sebagainya.

  49. ijin brtnya pak,,,saya jurusan politik pemerintahan ingin menyusun laporan akhir dengan metode eksploratif pendekatan induktif.bagaimana menurut bapak tentng cara analisisnya???judul yang sy ajukan adalah tingkat pendidikan politik pemilih pemula di kab saya…trima kasih

    • Kok campur aduk eksplorasi dengan induktif. deduktif induktif itu pendekatan ke lapangan, mulai dari teori atau mulai dari lapangan. Aslinya pola penalaran, mulai dari yang umum ke khusus apa dari khusus ke umum. Eksplorasi pasti mulai dari lapangan, tidak dari teori, wong masalahnya saja belum ada, halnya saja belum jelas, lebih-lebih teorinya. Sudah saja sebut pemnelitian eksplorasi, menemukan sesuatu hal yang belum jelas sosoknya untuk mendapatkan gambaran sosoknya. Persoalannya adalah apa yang dimaksud dengan tingkat pendidikan politik. Ini judul atau tema paling banyak diteliti orang. Jadi pasti bukan eksplorasi lagi, sudah da “teori” tentangnya.

  50. Selamat malam pak, saya mau nanya nich pak..
    saya lgi membuat proposal, judulnya pengembangan aparatur pemerintah di kantor distrik nabire dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
    yang ingin saya tanyakan yaitu, metode pengumpulan data gmana ya?
    trus analisis datanya gmna pak..?…
    makasih pak..
    mohon bantuannya..

  51. aslmkm,,, mau nanya pak apakah desain penelitian deskriptif analitis bisa menggunakan metode kombinasi desain sequantial eksplanatory ? kebetulan saya akan meneliti tentang analisis penyerapan aspirasi masyarakat dalam APBD Tahun 2013 melalui pelaksanaan musrembang, rumusan masalahnya adalah : 1. Seberapa besar penyerapan aspirasi masyarakat dalam APBD 2. Faktor2 yang mempengaruhi penyerapan aspirasi masyarakat dalam APBD Tahun 2013>
    mohon petunjuknya pak

  52. insya Allah pak krn sdh ada data mana aspirasi masyarakat yang terakomudir dan mana yang di tolak, mohon bimbingan dan petunjuknya pak karena karena saya di arahkan untuk menggunakan metode penelitian kombinasi (kualitatif > kuantitatif). Mash bingung untuk menentukan desain penelitiannya, metode serta pendekatannya.
    Terima Kasih,,, Jazakumullah

    • Hitung proporsi yang terakomodir dan yang tidak (kuantitatif), apa alasannya (kualitatif), mengapa masyarakat mengaspirasikan tertentu (kualitatif). mengapa pimpinan setuju dant idaks etuju (kualitatif), berapa angka anggaran yang terakomodir dan yang tuidai (kuantitatif), yaaah semacam itulah.

  53. asalamualaikum.
    mau tanya ini,pak.. hehehe
    begini kan judul skripsi saya “analisis faktor pembentuk ekuitas merek handphone blackberry” kira2 cocok tidak kalo saya pake jenis penelitian eksploratori? soalnya sblmnya pake eksplanatori disalahkan sama dosen pembimbing. saya bingung sekali ini hrs pakai jenis penelitian apa. mohon bantuannya, terima kasih. 🙂

    • ada tambahan, pak.. sekedar informasi. hehehe
      jenis sampel yg saya gunakan purposive sampling dan saya jg menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

  54. Mau minta saran nih pak, penelitian saya mengenai respon orang tua siswa dan akseptansi anak-anak terhadap pendirian SMP Terbuka Di Ladang Sawit Sabah Malaysia, menggunakan penelitian eksploratory. Data sudah banyak saya dapatkan dan dikumpulkan. Masalah yang muncul sudah mulai saya dapatkan dari wawancara dengan guru, murid, pemilik perusahaan/syarikat, beberapa orang tua siswa sudah saya dapat responnya, walaupun belum dapat disimpulkan mewakili seluruh orang tua, Saya mengalami kesulitan memulai dari apa yang hendak saya tulis sebagai thesis saya. Bidang yang saya kaji adalah bidang psikologi. Mohon bantuan petunjuknya pak, terima kasih sebelumnya, atas perkenan bapak merespon masalah saya.

    • Olah saja data-data itu sesuai yang dipunyai, kuantitatif (persentase yang respon A, B,C, dan aksep, tolak) beserta alasan-alasan sosial-psikologis dan ekonomi dll. Nanti akan tertemukan juga, kan bagaimana menguraikannya.

  55. assalamualaikum…
    pak saya mau nanya apa yah ciri khasnya eksplanatori dgn eksploratori..?? manakah yang lebih unggul atau lebih bagus digunakan dl penelitian..
    dan saya juga mau menanyakan mana yang paling bgus untuk penelitian, apakah deskriptif, comparatif, kolerasi, survei, dan ex post facto?? ini dlm penelitian kuantitatif pak..
    makasih pak sebelummnya..:)

    • Enakan mana bubur dengan nasi gurih? Untuk yang sakit gigi, enakan bubur…….. Jadi, tidak ada unggul-unggulan, baik-baikan, tergantung pada tujuan mau dicapai dari substansi materi yang diteliti.

  56. Assalamu ‘alaykum,,
    Pak Tatang Salam Kenal, Saya Syawal,,,
    Saya sedang mengerjakan tugas akhir dengan JUDUL Trend Penyakit Akibat Kerja di Perusahaan X..
    jadi penelitian saya bertujuan untuk melihat kecendrungan penyakit akibat kerja yang timbul dalam beberapa tahun terakhir kemudian menganalisisnya.. hanya saja, saya masih agak bingung dengan metode yang akan digunakan,, trus langkah-langkahnya seperti apa,,,,
    Mohon dijelaskan pak,,
    Terima Kash..
    wassalam….

  57. selamat malam pak tatang… saya lisa sedang skripsi… saya ambil judul studi ekplorasi impelmentasi kebijakan revaluasi aktiva tetap pada pt. x… menurut bapak, bisa tidak dibahas dengan metode eksplorasi?

    • Implementasi kan sosoknya sudah jelas, bukan untuk dieksplore, dideskripsikan saja. Ah, kenapa harus dimasalahkan? Teliti saja tanpa embel-embel “studi eksplorasi”, cukup “Penelitian tentang implementasi kebijakan revaluasi…..”

      • hasil dari pembahasannya dgn revaluasi mengakibatkan perusahaan pt.x rugi…krn pengenaan pph final yg besar setelah revaluasi… pembimbing saya menganggap itu fenomena baru… jadi saya disarankan ganti judul sama dosennya pak… di berikan judul studi ekplorasi impelmentasi kebijakan revaluasi aktiva tetap pada pt. x…. jd sebaiknya judulnya gmn pak?

  58. Aslm… pak mohon bantuan..
    gini pak… sy punya judul “Proses berpikir siswa smp dalam memecahkan masalah luas lingkaran ditinjau dari perbedaan kemampuan metematik”
    Penelitian ini pastinya penelitian deskriftif.. namun di kampus sy untuk tesis penelitian deskriftif di tolok. gimana apa bisa penelitian ini di arahkan pada penelitin ekploratif? andai bisa Metodologi-nya gimana…. ?

  59. Malam Pa Tatang, saya gilang sedang meneliti ” faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa X dalam melakukan Word Of Mouth” mengunakan metode eksploratif. menurut bapak gmn?(bingung mau nanya apa saya)minta pendapat bapak ajah deh (T T)

  60. assalamuallaikum wr wb,
    malam pak tatang, ijin share yah pak… saat ini saya menempuh pendidikan akhir s2 (tesis) kebiasaan dikampus untuk penelitian hanya menggunakan penelitian deskriptif jujur saja untuk penelitian eksploratif belum ada yg “berani” mengangkat hal tersebut sebab si peneliti sendiri kurg faham tentang penelitian ini. saya kali ini berusaha untuk mengangkat kembali penelitian ini judul saya tentang ” perlindungan jasa asuransi oleh Ikatan Notaris Indonesia kepada profesi notaris” intinya tentang asuransi profesi notaris. untuk bpak ketahui asuransi profesi sangat minim dipakai oleh berbagai profesi yg baru punya asuransi profesi hanya Dokter IDI namun pastinya implementasi sangat berbeda antara Ikatan Dokter Indonesia dengan Ikatan Notaris indonesia karena berbeda profesi dan pastinya berbeda juga asuransi profesi yang akan diformulasikan. untuk ikatan notaris sendiri berencana menggunakan asuransi profesi hanya saja sampai saat masih bingung karena belum ada buku atau makalah atau karya tulis yang mencoba membedah asuransi notaris secara komprehensif dan saat ini masih menjadi wacana serta masih diformulasikan dan disesuaikan dengan organisasi notaris.
    rumusan masalah yang coba saya angkat :
    1. bagaimana bentuk perlindungan asuransi oleh ikatan notaris indonesia kepada profesi notaris?
    2, bagaimana mekanisme perlindungan jasa asuransi oleh ikatan notaris indonesia kepada profesi notaris?

    saya mohon masukan dari pak tatang, apakah penelitian tesis saya ini merupakan penelitian eksploratif? mengingat uraian pak tatang diatas secara sederhana saya membedakan antara penelitian deskriptif dgn eksploratif bahwa untuk deskriptif pada dasarnya merupakan kenyataan yang telah terjadi sdgkan eksploratif yakni menggali dari yang belum ada menjadi ada atau menemukan teori baru. kiranya pak tatang mau meluangkan waktu untuk menjawab pesan saya, maturnuwun…

    • Kan asuransi profesi notarisnya belum ada, apanya yang mau diteliti? Buat saja tesis yang bukan penelitian, tetapi dasar hukum, sosiologis dsb untuk itu, menurut Anda bagaimana. kalau itu dibolehkan untuk tesis.

  61. makasih mas tatang udh di blz, iya mas tatang untuk asuransi profesi ini bukan samasekali belum ada saat ini lagi penggarapan konsep oleh organisasi INI dengan perusahaan asuransi, nah tujuan saya untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang asuransi yang dikaji secara akademis sebelumnya nanti benar2 digunakan asuransi semacam ini. artinya bahwa sebelum benar2 ada asuransi ini sebaiknya diketahui dulu kelebihan kekurangan ataupun pengaruh yang berdampak ketik profesi notaris dicover dengan asuransi.

  62. assalamu’alaikum
    pak. Tatang
    sya mau tnya tentang penelitian eksploratif, sya berminat untuk penelitian tersebut mengenai pendidikan. Menemukan sumber belajar sperti itu pak,
    yang sya tanyakan bagaimana mengkaitkan penelitian eksplorasi ini dengan kependidikannya.
    Soalnya ada yg berpendapat klo penelitian eksplorasi terlalu sederhana untuk mhasiswa S1.
    terimakasih pak.
    wassalam

    • Lha yang mau diteliti apa? Kalau mengikuti aliran positivistik ya gitu jawabannya. Topik ananda masih tidak jelas, tentang sumber belajarkah? Apanya yang mau dieksplor ditemukan???? Apa konsep sumber belajar belum jelas dan tegas?

  63. assalamualaikum Pak Tatang
    terima kasih Pak untuk tulisannya di blog ini. membantu sekali menambah pengetahuan saya tentang studi eksploratori. kebetulan dosen pembimbing saya meminta saya menggunakan studi eksploratori. topik penelitian saya mengenai keberadaan omprengan di Kota Depok, yang dianggap sebagai ‘penyimpangan’ dari masterplan (dalam hal ini rute & angkutan umum resmi) yang dibuat pemerintah.
    adapun masalah yang akan saya angkat dalam penelitian iini antara lain : (1)Seperti apa omprengan, (2) Bagaimana sistem kerja dan pengelolaan omprengan, (3) Apa yang mendasari muncul dan berkembangnya omprengan.
    sebenarnya untuk point (3) saya mempunyai hipotesa, yang memang sudah jelas karena keterbatasan angkutan umum (baik dari segi jumlah dan kenyamanan).
    selain itu Pak setelah mendengar topik saya, dosen saya memberikan sebuah buku. bukunya mengenai suatu cerita penelitian yang kurang lebih memiliki kemiripan dengan topik saya yaitu penyimpangan dari masterplan pemerintah.(namanya teori ruang ketiga Pak)
    Nah pertanyaan saya,jadi bagaimana ya Pak? apa masih bisa pakai eksploratori?
    dan mohon masukan Bapak mengenai masalah yang saya rumuskan Pak.
    Terima kasih atas masukan dan waktu Bapak

  64. selamat malam pak tatang, setelah baca baca tulisan Blog menambah wawasan bagi saya. kebetulan saat ini saya sedang mengerjakan tesis yaitu mengenai perilaku pengguna parkir yang lebih memilih parkir di pinggir jalan ketimbang parkir di dalam gedung. padahal ada larangan parkir di pinggir jalan, tetapi pengguna parkir banyak yang melanggar aturan itu. dosen pembimbing saya pernah menyarankan baiknya menggunakan studi exploratif. ada hal yang membuat saya bingung. di awal bapak mengatakan penelitian exploratif merupakan penelitian yang sebelumnya blm pernah ada atau belum pernah di bahas, padahal tesis mengenai perkir sudah banyak di bahas sebelumnya. pakah ini masih relevan untuk di jadikan penelitian exploratif. atau apakah bisa di gabungkan penelitian deskriptif exploratif : jadi kita mendeskripsikan mengenai parkir dengan kajian literatur yang ada, sedangkan untuk explorasinya kita lebih banyak melakukan pengamatan di objek studi.
    pertanyaan lainnya : metode pengumpulan data penelitian exploratif apa saja pak tatang. apakah menggunakan quesioner diperbolehkan. . saya tunggu untuk pencerahannya pak. suwun

  65. Assalamu’alaikum
    Pak Tatang, salam kenal ini Asih, saya sedang menyelesaikan tugas akhir untuk menempuh pendidikan akhir S1,
    bapak saya sudah punya judul ” pengembangan kuis interaktif untuk melatih kemampuan eksplorasi fenomena fisika siswa”
    kuis interaktif ini tidak untuk evaluasi tetapi hanya di jadikan sebagai bahan latihan.
    Nah saya mau tanya, saya di suruh membuat instrumen tentang pengembangan, ekplorasi,dan pengamatan. kira-kira instrumenya dalam bentuk apa ya Pak ? maksudnya angket, tabel, soal, atau wawancara atau apa ?
    mohon bantuinya ya ..
    Wassalamu’alaikum

  66. assalamu’alaikum pak maaf mau nanya tentang contoh research eksploratif dan deskriptif dengan jelas ?

  67. Pingback: Makalah Gratis » Proposal Penelitian Folklor

  68. Aslkm.wr.wb.pak
    Pak saya mau tanya…sekarang saya sedang menyusun proppsal penelitian..tentang “tingkat pemahaman tenaga kesehatan terhadap konsep kapotasi dalam era pelayanan BPJS”..saya sdh coba diskusikan dengan dosen pembimbing dan beliau bilang itu trlalu diskriptif…kemudian digantilah menjadi “faktor faktor yg berhubungan terhadap tingkat pemahaman tenakes tentang konsep kapitasi dalam era pelayanan BPJs”..
    Nah…kebetulan refernsi teori nya ada pak…ada UU dan permenkes..namun belum ada “data yg mendukung” karna penelitian ini baru pertama kali…(kalau bapak ada situs utk melihat penelitian terdahulu boleh saya tahu pak)…sementara di latarbelakang penelitian dosen sya minta di cantumkan data pendukung…utk memperkuat masalah saya tersebut..bagaimana menurut bapak?…apa yang harus saya lakukan…terima kasih pak.
    Maaf tapi pas saya baca artikel bapak itu ada yg meneliti tentabg tingkat pemahaman pustakawan thd sertifikasi?…maaf saya boleh minta kontak person nya ga pak?…mohon bantuannya pak…terima kasih banyak.

    • UU dan Permenkes sih bukan teori. Teorinya terkait “pemahaman” dan “belajar” dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar (paham). Termasuk teori “mispersepsi” (salah paham). Kalau belum ada penelitian ya sebut saja penelitian eksploratif.

      • Terima kasih atas jawaban nya pak…
        Nah…terkait hal tersebut…kemaren sya buka mbah google…ternyata di website resmi KPK kmr menerbitkan ada 4 hal penyebab lemahnya dana kapitasi JKN yg dpt mengarahkan ke tindak Korupsi…..dan salah satu nya yg saya baca adalah “Lemahnya tingkat pemahaman tenakes”..hal tersebut tentunya sejalan dg penelitian saya…Apakah hal tersebut dapat saya jadikan “data pendukung” di latar belakang pak…?…(mohon jawabannya)
        Trus…saya masih belum begitu paham terkait peneletian eksploratif….dan hal tersebut juga masih “asing” bagi dosen pembimbing saya…mohon dibantu…klo memang penelitian saya tersebut eksploratif (karna teori2 khusus terkait tingkat pemahaman tenakes thd konsep dana kapitasi belum ada dan juga belum ada Penelitian sebelumnya yg dpt saya jadikan referensi) bagaimana saya harus memulai penelitian tersebut?…bagaimana saya harua menentukan variabel penelitian nya?..(adakah buku khusus terkait panduan dalam penelitian eksploratif)…mohon bantuan nya pak…terima kasih…

      • KPK dah menyebut dana kapitasi, berarti itu bukan sesuatu yang “belum dikethui.” So, itu tak perlu dieksplorasi. Apalagi kalau sebab lemah dana sudah diketahui. Jadi………….., maumeneliti apa lagi?

  69. Assalamualaikum, terima kasih buat tulisan blognya pak.
    saya sedang mengerjakan proposal dengan judul ” Analisis Faktor faktor yang mendorong konsumen melakukan pemesanan tiket pesawat melalui mobile booking pada situs traveloka.com”. saya masih bingung pak karena sedikit sekali buku yang membahas mengenai perilaku konsumen dalam berbelanja online. apakah bisa saya melakukan survey awal kepada responden yang pernah melakukan pemesanan tiket melalui online lalu hasil tersebut saya jadikan sebagai variabel bebas dalam penelitian, lalu kemudian saya kembangkan menjadi pertanyaan dalam kuesioner untuk di berikan kepda responden yang nantinya akan di analisis menggunkan analisis faktor.?

    yang kedua saya mau menyanyakan bagaimana cara saya menentukan sampel jika populasinya konsumen di indonesia yang pernah melakukan pemesanan tiket pesat via mobile booking pada situs tarveloka.com.

    terima kasih banyak bapak mohon penjelasanya.

  70. Maaf pak.. Sy mau minta tolong..
    Sy di beri tugas dr dosen sy tetang penelitian eksploratif.. Dosen sy minta 5 contoh penelitian pendidikan ekonomi..
    Mohon bantuannya pak.

  71. assalamualaikum, boleh saya tau sumber referensinya? yg principles of marketing kotler itu. terimakasih sebelumnya.

  72. Assalamu’alaykum.. Pak, saya mau tanya…

    1. Penelitian eksploratif apa ada kaitannya dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif ?

    2. Adakah penelitian eksploratif-kuantitatif? eksploratif-kualitatif? deskriptif-kuantitatif? deskriptif-kualitatif?

    3. Penelitian eksploratif, ketika ada batasan hal yang ingin diketahui, apakah itu tidak bisa disebut variabel ?

    4. Penelitian eksploratif, bila sudah menetapkan variabel tertentu seperti pada nomor 2 tadi, apa berarti itu menjadi penelitian deskriptif ?

    terima kasih 🙂

  73. pak minta bantuannya , saya dapat tugas untuk mencari judul yang mengenai penelitian eksplorasi , mohon referensinya 5 judul saja pak makasih

  74. Terima kasih atas tulisannya sangat membantu Pak.
    Jika Bapak berkenan saya mau sharing tentang penelitian saya.
    penelitian saya adalah penelitian kualitatif dengan judul “Kualitas organ sapi di rumah potong hewan kota A”
    Jadi saya ingin mengetahui kualitas organ sapi (jeroan) dengan latar belakang banyaknya konsumsi jeroan di masyarakat kota A. Variabel independen saya adalah jenis kelamin, umur dan kelainan/penyakit pada organ yang telah dipotong. Jumlah sapi yang dipotong (populasi) per hari sudah di ketahui hanya saja tidak ketahui jumlah jenis kelamin dan umur yang dipotong setiap hari dengan kata lain tidak tetap dan selalu berubah. Saya menetapkan jumlah sampel sebanyak 90 sampel yang dibagi menjadi dua kelompok jenis kelamin dan dua kelompok umur.
    Nah, saya masih bingung apakah penelitian saya ini dikatakan penelitian eksploratif karena masih mencari tahu kualitas organ sapi atau kah penelitian deskriptif karena telah menentukan variabel serta jumlah sampel penelitian?
    Mohon pencerahannya Pak Tatang. Terima kasih

  75. judul penelitian saya evaluasi sistem informasi perpustakaan dengan menggunakan pendekatan TAM itu jenis penelitian apa ya pak..?

  76. mohon ijin bertanya, saya meneliti ” analisis kandungan DNA babi pada kapsul dngn metode RT-PCR, sampel yg digunakan 2 sampel dan tdk ada hasilnya (negatif tdk ada babi) apa kah perlu menggunakan SPSS karena hasil nya tidak ada
    kontrol yg digunakan
    1. kapsul sampel 2 masing ” 2 pengulangan ( replikasi jdi 4) hasil = tidak ada angka
    2. daging babi 2 replikasi ada angka cq ( hasil dari rt PCR )
    3. kontrol negatif Tidak ada angka

    bagaimana bapak apakah perlu menggunakan spss jika hanya ada 2 data kuantitatif saja

Leave a reply to Nena Cancel reply